Dedi Mulyadi: Berbeda dengan Publik, Golkar Tunggu Kematian

Dedi Mulyadi: Berbeda dengan Publik, Golkar Tunggu Kematian
Dari kiri: Ahmad Doli Kurnia, Dedi Mulyadi, Ray Rangkuti, Ketua DPD Golkar Jateng Wisnu Suhardono, dan Ketua DPP Golkar Ridwan Hisjam dalam diskusi di kantor DPP Kosgoro 1957. Foto: Tri Mujoko Bayuaji/Jawa Pos/JPNN

“Yang harus dilakukan Partai Golkar adalah survei siapa yang diinginkan publik. Kalau Golkar sebagai pemilik rumah memilih berbeda dari publik, ya, tunggu kematian,” kata Dedi.

Sementara itu, Koordinator Generasi Muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengamini pernyataan Ray dan Dedi.

Dia menilai persoalan di internal Golkar karena adanya kepentingan pribadi atau kelompok yang muncul.

Persoalan itu lantas dibungkus seolah-olah menjadi kepentingan partai.

”Penunjukan Plt memperlihatkan seakan-akan masih ada kepentingan Novanto. Ini kan semua berdasar kepentingan pribadi dan kelompok,” kata Doli.

Menurut Doli, persoalan lain adalah terkait inkonsistensi. Sempat ada komitmen untuk menonaktifkan Setnov dari para pimpinan DPD I.

Namun, komitmen itu menguap. Hal ini seharusnya tidak terulang lagi.

Sebab, Partai Golkar tidak memiliki waktu banyak untuk bangkit kembali.

Rapat pleno yang dihelat pada Selasa (21/11) malam sebenarnya menjadi momentum bagi Partai Golkar untuk mendepak ketua umumnya, Setya Novanto.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News