Dedi Mulyadi Bicara Masyarakat Badui dan Wabah Virus Corona

Dedi Mulyadi Bicara Masyarakat Badui dan Wabah Virus Corona
Anggota DPR Dedi Mulyadi. Foto: Antara

Selama ini negara masih kesulitan dalam pembaharuan data, mulai kemiskinan dan warga yang terdampak COVID-19. Ditambah setiap komponen strata kelembagaan memiliki ego dan membangun citranya masing-masing, mulai tingkat kabupaten, provinsi, bahkan hingga kementerian.

"Jika mau konsisten pada negara kesatuan, seharusnya tidak ada lagi ego sektoral dalam pengelolaan bujet keuangan untuk kepentingan penanganan COVID-19," katanya.

Terkait dengan bantuan sembako yang disalurkan di tengah pandemi COVID-19, Dedi mengaku tidak setuju hal tersebut. Karena dengan memberikan bantuan sembako, itu sama saja mematikan keanekaragaman pangan.

Ia menyampaikan, dengan bantuan sembako maka secara tidak langsung rakyat Indonesia dipaksa setiap hari makan beras jenis tertentu, sarden tertentu, kecap tertentu, mi dan lain-lain. Hal itu menyebabkan masyarakat menjadi homogen dan ketergantungan. Akhirnya mereka kehilangan kreativitas.

"Saya sejak awal setuju bansos jangan dalam bentuk barang, uang saja," katanya.

Alasannya, jika bantuan itu berupa uang, maka masyarakat bisa kreatif membeli lauk pauk yang tersedia di daerahnya. Lauk pauk itu malah bernilai gizi tinggi.

"Makanan lokal membangun imun, sehingga ikan yang tak makan pakan pabrikan jauh lebih kuat. Ayam kampung yang dilepas nilai gizinya jauh kukuh daripada ayam broiler," kata dia.

Mantan Bupati Purwakarta ini mencontohkan, masyarakat Badui tidak terkontaminasi wabah virus Corona, karena imun mereka kuat. Itu terjadi lantaran mereka berhasil membangun diri dan alamnya bersatu.

Anggota DPR Dedi Mulyadi mengaku setuju jika bansos untuk warga terdampak Corona dalam bentuk uang, bukan sembako.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News