Defense Diplomacy Penting untuk Membangun Keamanan Maritim NKRI di Laut Natuna Utara

Defense Diplomacy Penting untuk Membangun Keamanan Maritim NKRI di Laut Natuna Utara
Kuliah Pakar - Prodi Keamanan Maritim di Universitas Pertahanan Republik Indonesia, Senin (04/03), bertajuk "Dinamika Laut China Selatan Dalam Perspektif Keamanan Maritim: Tantangan, Peluang, dan Kolaborasi Regional". Foto dok UNHAN

"Hanya dengan strategi yang matang dan kolaborasi yang kuat, Indonesia bisa memastikan keamanan dan stabilitas wilayahnya, serta memperkuat posisinya sebagai pemain kunci di kawasan Asia Tenggara."

Sementara, DR. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa menjelaskan bahwa Laut Cina Selatan merupakan perairan penting bagi keamanan dan stabilitas kawasan Asia Tenggara dengan luas sekitar 3.500.000 kilometer persegi.

"Laut ini merupakan jalur pelayaran internasional yang menghubungkan Asia dengan Eropa dan Amerika, dengan satu per tiga transportasi maritim dunia melewati wilayah ini, membawa perdagangan senilai US$3 triliun atau 40 ribu triliun rupiah per tahun," jelas DR. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa.

Pada kesempatan yang sama,  Johanes Herlijanto, Ph.D, mengatakan sejarah hubungan maritim antara Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRC) memiliki tantangan kompleks terkait klaim atas Laut China Selatan (LCS), termasuk sebagian dari Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna Utara (LNU).

"Maka penting bagi Indonesia untuk memperkuat penegakan hukum di wilayah kedaulatannya, terutama di LCS yang merupakan bagian penting dari hak berdaulat Indonesia. Badan Keamanan Laut (Bakamla) dan TNI Angkatan Laut (AL) memiliki peran krusial dalam menjaga keamanan dan integritas wilayah perairan Indonesia," pungkasnya. (flo/jpnn)

Strategi Defense Diplomacy di Laut Natuna Utara juga harus melibatkan kerja sama dalam bidang pertahanan.

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News