Delapan WNI Mengakui Membajak Kapal Tanker Malaysia
jpnn.com - PETALING JAYA - Delapan tersangka pembajakan kapal tanker minyak MT Malaysia Okim Harmony yang semuanya warga negara Indonesia, telah mengakui perbuatannya kepada pemerintah Vietnam. Saat ini pemerintah Malaysia terus memantau perkembangan kasus tersebut di Vietnam.
Wakil Direktur Jenderal (operasi) Agen Keamanan Laut Malaysia, Maritim Laksamana Datuk Ahmad Puzi Ab Kahar enggan memberikan keterangan lebih detail terkait penanganan delapan tersangka di Vietnam. Ia menegaskan delapan ditangkap di perairan Vietnam dekat Tho Chu Pulau, setelah melarikan diri dari MT Orkim Harmony menggunakan sekoci Kamis malam.
Sebelum itu, meminta Angkatan Laut untuk menjauh sekitar lima mil laut (sembilan kilometer) dari Harmony MT Orkim. "Jika tidak menuruti kemauan tersangka maka mereka mengancam akan menyakiti ABK," ujarnya.
Perompak juga menembak satu ABK bernama Mawit bin Matin. Koki tersebut ditembak di bagian paha ketika berusaha melawan perompak yang berusaha naik ke kapal tanker tersebut.
Saat pembebasan para sandera, Malaysia melibatkan melibatkan 1.200 tentara Malaysia, 16 unit kapal P3 Orion, C130 dan pesawat Beechcraft. Dan menggunakan tiga kapal dan dua helikopter dalam pencarian tersangka setelah melarikan diri.
Kapal anak usaha perusahaan migas Petronas ini membawa 6.000 metrik ton minyak kualitas RON 95 dari Malaka ke Kuantan. Nilai muatan minyak itu sebesar 21 juta Ringgit (setara Rp 75 miliar). (ray/jpnn)
PETALING JAYA - Delapan tersangka pembajakan kapal tanker minyak MT Malaysia Okim Harmony yang semuanya warga negara Indonesia, telah mengakui perbuatannya
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- DPR Dorong Pemerintah Perkuat Diplomasi untuk Perdamaian di Timteng
- Militer Israel Klaim Bunuh Pentolan Jamaah Islamiyah Lebanon
- 1.119 WNI Berhasil Direpatriasi dari Kawasan Berbahaya Sepanjang 2023
- Xi Jinping Ingin China Jadi Mitra Amerika, Bukan Pesaing
- Guru Besar UI Khawatirkan Dampak Konflik Timur Tengah terhadap Indonesia
- Indonesia Jalin Program Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa