Delegasi Indonesia Perkuat Hubungan Bilateral Pada Bonn Climate Change Conference
BACA JUGA : Felix Siauw Isi Pengajian di Masjid Fatahilah, Banser Serbu Balai Kota Jakarta
Hal lain yang menjadi perhatian Indonesia dan Australia adalah pendanaan UNFCCC.
Menurut Ruandha, pendanaan harus seimbang antara mitigasi dan adaptasi. Selama ini pendanaan untuk mitigasi lebih dominan dibandingkan untuk adaptasi perubahan iklim.
Padahal, ke depan adaptasi perubahan iklim menjadi satu hal yang sangat penting untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim yang semakin nyata.
Senada dengan Ruandha, Patrick Suckling menyoroti ketidakseimbangan antara pendanaan utama dan pendanaan tambahan di mana pertumbuhan dana tambahan berjalan jauh lebih cepat dibandingkan dengan dana utama.
Ini akan berakibat terhadap mekanisme finansial di UNFCCC semakin sulit. Negara-negara donor mengharapkan adanya penguatan di dana utama.
Hal lain dan menjadi penting untuk hubungan bilateral Indonesia-Australia menjelang COP25 Santiago de Chile, kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan dan memperluas kerjasama di bidang lingkungan hidup dan perubahan iklim.
Penguatan kerjasama akan dibentuk dalam payung MOU terkait isu-isu lahan gambut, karbon biru dan kelautan.
Pertemuan bilateral tersebut untuk mempertajam hasil capaian kerja sama bilateral Indonesia dengan negara sahabat dan organisasi internasional yang mendukung Indonesia dalam pencapaian Target NDC.
- Buka Festival Pengendalian Lingkungan 2024, Menteri Siti Singgung Penggabungan 2 Kementerian
- KLHK Gelar Panggung Kolaborasi Rimbawan, Begini Pesan Menteri Siti
- Menteri LHK: Indonesia Jadi Contoh Internasional dalam REDD+ dan RBP Emisi Karbon
- Antisipasi Karhutla, Menteri Siti: KLHK Lakukan 3 Langkah Strategis Termasuk Pemanfaatan TMC
- Menteri LHK dan Presiden IUCN Gelar Pertemuan Bilateral, Nih Agendanya
- KLHK dan PMI Menjalin Kerja Sama, Begini Komentar Menteri Siti dan Pak JK