Demo Ala Cak Nun di Kandang Banteng

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Demo Ala Cak Nun di Kandang Banteng
Budayawan Emha Ainun Nadjib dan Ketua DPP PDIP Maharani menghadiri acara Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Masjid At-Taufiq, Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (10/4). Foto: Ricardo/JPNN.com

Akan tetapi, demontrasi yang paling menohok Jokowi sebenarnya sudah dilakukan Cak Nun di jantung pusat PDIP. Cak Nun mengatakan bahwa Indonesia negara besar yang berpotensi besar, tetapi sayang presidennya belum tepat.

Baca Juga:

Audiensi pun bersorak riuh. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPR Puan Maharani yang mengapit Cak Nun di panggung hanya bisa tersenyum. Untung wajah mereka berdua tertutup masker, sehingga perubahan ekspresinya tidak terlalu kelihatan.

Mbah Nun kemudian menjelaskan konsep Jawa mengenai ‘bener’ dan ’pener’. Bener adalah benar. Adapun pener berarti tepat.

Memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur mungkin saja bener. Namun, dalam kondisi sekarang keputusan itu tidak pener.

Mbah Nun tidak memakai contoh itu untuk menjelaskan konsep bener dan pener. Akan tetapi, kira-kira begitulah yang dimaksud oleh Mbah Nun.

Dia geregetan melihat potensi Indonesia yang luar biasa sebagai modal menjadi negara besar, tetapi sampai sekarang belum bisa mewujud. Salah satu faktornya ialah presiden yang belum ‘pener’.

Pernyataan itu tentu seperti menampar muka tuan rumah. Memang begitulah Mbah Nun dengan gaya khasnya yang blaka suta alias tanpa tedeng aling-aling, terus terang, tanpa menutup-nutupi.

Cak Nun memadukan gaya Gus Dur dengan Asmuni dan ada bau Cak Nur. Empat orang itu memang sama-sama berasal dari Jombang, dan sama-sama menjadi ikon Indonesia pada bidangnya masing-masing.

Cak Nun punya cara khas dalam menyampaikan kritik. Dia memadukan gaya Gus Dur dengan Asmuni dan ada bau Cak Nur, yang semuanya dari Jombang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News