Depati Parbo dan Hikayat Perang Kerinci

Depati Parbo dan Hikayat Perang Kerinci
Patung Depati Parbo di pusat kota Sungai Penuh, Kerinci, Jambi. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com

Sesampai di dusun, “bukan meja perundingan yang dihadapi, melainkan tangan diborgol. Ditangkap. Kemudian dibuang ke Ternate, Maluku,” ungkap Pak Is.

22 Tahun lamanya dia di Maluku. Di pembuangan ia dikenal sebagai dukun. Dia pernah mengobati anak assisten residen.

Pada 1926 dia dipulangkan ke Kerinci setelah dimohonkan surat langsung oleh Residen Ternate.

Sesampai di kampung dia disambut sebagai pahlawan perang. Begitu cerita yang didulang Pak Is dari rakyat Kerinci saat melakukan riset tentang perjuangan Depati Parbo pada 1970-an.

Pada 1927 Depati Parbo ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.

Tentang kisah ini, Pak Is beroleh cerita dari Kadir Jamil, orang Dusun Baru, Kerinci yang sama pergi ke Mekkah bersama Depati Parbo.

Juga dari Pak Madin, cucu Depati Parbo yang pada waktu itu diajak serta kakeknya naik haji.

Dua tahun sepulang haji, Depati Parbo wafat dalam usia 90 tahun.

Ratusan opsir Belanda disambut 30 hulubalang Kerinci pimpinan Depati Parbo di Renah Manjuto, Kerinci bagian Selatan. Kecamuk.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News