Despotisme Baru

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Despotisme Baru
Ilustrasi sidang. Foto: dokumen JPNN

Despotisme baru muncul dengan memberikan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi yang membuatnya mendapat legitimasi kuat dari rakyat.

John Keane memberi contoh Xi Jinping dari China yang mempunyai legitimasi kuat karena memberikan kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi yang meyakinkan. Dengan legitimasi ini Jinping tidak akan mengalami kesulitan untuk menjadi presiden sampai kapan pun.

Di Rusia, Vladimir Putin menjadi sosok despot baru yang bisa merekayasa undang-undang yang memberinya legitimasi untuk menjadi presiden sampai 20 tahun ke depan. Secara teknis Putin dan Xi Jinping bisa menjadi presiden seumur hidup tanpa halangan yang berarti, karena oposisi sudah mati.

Pemimpin despot bisa merekayasa undang-undang yang memberinya legitimasi untuk melakukan apa saja. Kekuatan oposisi sudah dimatikan dengan kekerasan seperti yang dilakukan Putin di Rusia dan Jinping di China. Pemimpin despot bisa memperpanjang kekuasaannya dengan merekayasa undang-undang tanpa perlawanan dari oposisi.

Apakah Indonesia punya potensi untuk jatuh dalam despotisme baru? Bahaya itu mengancam di depan mata. Despotisme baru tidak selalu mengejawantah dalam tokoh perorangan seperti Putin, Jinping, atau Joko Widodo di Indonesia.

Despotisme baru, kata John Keane, bisa berbentuk oligarki yang kemudian memilih seorang presiden sebagai pemimpin, lalu didandani seperti boneka cantik yang populis dan dicintai rakyat. Waspadalah! (*)

Video Terpopuler Hari ini:

Negara despotisme bebas dari korupsi karena despotisme itu sendiri adalah sistem yang korup.


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News