Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia

"Penerbit kecil membutuhkan sirkulasi keuangan yang cepat untuk menerbitkan buku-buku yang lain," kata Mawaidi.
"Sementara penerbit besar dengan kapital besar bisa menerbitkan 10 judul, misalnya, setiap bulan, sementara kami dua judul saja selain persoalan dana tentunya, persoalan SDM."
Teddy mengatakan penerbit besar terkadang tidak menerbitkan suatu buku karena isu yang diangkat terlalu spesifik.
"Misalkan buku kekerasan budaya pasca '65 atau kritik terhadap hak asasi manusia atau queer literature," ujarnya.
"Tidak akan dengan mudah ada di penerbitan mayor."
Namun Aditia mengatakan dalam 10 tahun terakhir, penerbit buku independen "mendapatkan tempat dan pasarnya sendiri" dengan berkembangnya sarana distribusi.
"Sekarang tidak hanya lewat toko buku besar, tapi juga lewat online," ujarnya.
"Ini buat semangat teman-teman penerbit kecil bahwa ketika ngomongin pasar, kita bisa main dan bertarung di tempat yang sama dengan para raksasa, bahkan tanpa modal yang sebesar mereka."
Sekarang penerbit dari kalangan independen, yang dikenal sebagai penerbit indie atau penerbit mayor, semakin banyak bermunculan.
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Dunia Hari Ini: Siswa SMA Prancis Ditangkap Setelah Menikam Teman Sekelasnya
- Dunia Hari Ini: Gempa Bumi Berkekuatan 6,2SR Mengguncang Turkiye, 150 Warga Luka-luka