Dia, si Rangga Sesungguhnya AADC 2

Dia, si Rangga Sesungguhnya AADC 2
Aan Mansyur, penulis puisi AADC 2. Foto: Jawa Pos

jpnn.com - Banyak yang sudah tidak sabar ingin segera menonton film Ada Apa dengan Cinta? (AADC). Sebelum menyaksikan perubahan Rangga setelah 14 tahun berlalu, mari berkenalan lebih dulu dengan Aan Mansyur, pembuat puisi-puisi untuk karakter yang diperankan Nicholas Saputra itu.

Semua tahu AADC adalah salah satu film romantia karena terselip puisi manis di dalamnya. Di film pertamanya, karakter Rangga dan Cinta (Dian Sastrowardoyo) diceritakan jago membuat puisi. Di film kedua yang akan tayang pada 28 April mendatang, Aan yang membuat puisinya.

Keterlibatan pria 34 tahun kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, tersebut dimulai April 2015. Aan meluncurkan buku kedelapannya, kumpulan puisi yang berjudul Melihat Api Bekerja di sebuah galeri di Kemang, Jakarta Selatan. Seusai acara, produser AADC 2 Mira Lesmana menemui Aan. Mirles -sapaan Mira Lesmana- menawari Aan untuk terlibat dalam produksi filmnya. Aan menerima tawaran tersebut.

Setelah itu, yang dilakukan anak pertama di antara tiga bersaudara dari pasangan Mansyur dan Safinah tersebut adalah riset. Aan menonton berkali-kali AADC pertama. Dia juga membaca skenario AADC 2.

Bukan hanya itu. Aan melahap buku-buku yang dibaca Rangga. Membaca buku-buku tentang New York, lokasi yang diceritakan sebagai tempat tinggal Rangga. Aan juga mengikuti sejumlah blog dan Instagram yang berisi foto-foto Kota New York.

 "Selama itu, saya masuk ke kepala Rangga," ucap alumnus Sastra Inggris Universitas Hasanuddin, Makassar, tersebut.

Dari hasil riset itu, Aan berhasil menulis 31 puisi yang dibukukan dalam Tidak Ada New York Hari Ini. Seluruhnya terinspirasi dari kisah cinta Rangga dan Cinta. "Beberapa dipilih, digunakan untuk AADC 2," tuturnya.

Tidak ada trik khusus dalam membuatnya. Selain riset, Aan hanya membutuhkan kesunyian. Waktu paling nikmat bagi dia untuk menulis adalah pukul 03.00 sampai 08.00. Sebab, pada jam-jam itu semua orang di rumahnya beristirahat. Aan tidak bisa menulis bila ada orang di sekitarnya.

Tidak Ada New York Hari Ini menjadi buku kesebelas Aan. Rencananya, buku itu diluncurkan bersamaan dengan filmnya.

"Senang sekaligus khawatir. Saya cukup deg-degan karena penggemar punya ekspektasi dan bayangan sendiri tentang sosok Rangga. Semoga puisi-puisi Rangga yang saya tulis tidak mengecewakan," ucap Aan.

Mirles mengatakan, sejak berencana menggarap kelanjutan AADC, dirinya menyadari harus menemukan orang yang bisa membuat puisi untuk Rangga. Dia membayangkan, di perkembangan usia Rangga yang sekarang, puisi-puisi Aan cocok. "Saya juga suka dengan puisi-puisi Aan," tutur Mirles.

Bila mengikuti linimasa Aan di Twitter, pasti menemui banyak syair manis. Ditulis dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Aan tidak menepis bahwa media sosial (medsos) membantunya menemukan pembaca yang lebih luas. Namun, terlalu banyak medsos juga tidak sehat. "Karena itu, beberapa bulan lalu saya menutup akun Facebook dan beberapa blog," imbuhnya.

Meski sudah menjadi pekerjaannya, Aan tetap merasa bahwa menulis bukan hal mudah. Termasuk menulis puisi. Puisi bukan sekadar usaha mengatakan sesuatu. Puisi adalah seni meleburkan kata dan kita. Setiap hendak menulis puisi, Aan membayangkan dirinya berada di tengah kepungan bencana dan jiwanya terancam. Proses menulis puisi itu menjadi usaha satu-satunya untuk menyelamatkan diri.

 "Rumit ya analoginya? Saya memang orang yang rumit, sesederhana itu," ucapnya. (ina/c11/ayi/flo/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News