Diplomat Diusir, Rusia Bersumpah Balas Dendam
Dirancang menjadi racun paling mematikan. Tidak hanya sulit dideteksi dan tidak ada penawarnya, Novichok juga bisa dipisah menjadi dua senyawa tak beracun sehingga memudahkan pelaku membawanya ke mana-mana.
”Lewat kasus itu, Rusia hendak mengatakan kepada dunia bahwa siapa pun yang melawan rezim (Presiden Vladimir Putin, Red) akan berujung dengan kematian,” kata Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson sebagaimana dikutip Associated Press.
Namun, menurut dia, dunia tidak mempan dengan gertakan. Karena itu, Inggris pun melawan.
Dari Moskow, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyayangkan sikap Inggris. Menurut dia, ultimatum yang May sampaikan pada awal pekan menjadi preseden buruk bagi hubungan diplomatik kedua negara.
”Kami pasti akan bekerja sama dengan senang hati seandainya menerima permintaan formal dari Inggris melalui Chemical Weapons Convention (CWC),” ungkapnya.
Sesuai standar CWC, batas waktu klarifikasi adalah 10 hari. Karena Inggris terlalu tergesa-gesa, Moskow malah curiga.
Mereka menduga Inggris memiliki maksud tersembunyi dengan mengultimatum Rusia dan mengusir para diplomatnya.
”Kami jelas akan membahas pengusiran itu. Segera,” tegas Sergei sebagaimana dilansir RIA Novosti kemarin.
Keputusan PM Inggris Theresa May mengusir diplomat Rusia dari negerinya menuai beragam reaksi. Moskow jelas berang. Mereka bersumpah balas dendam
- Rusia Berduka, Putin Tetapkan 24 Maret Hari Berkabung Nasional
- Putin Menang Telak di Pilpres Rusia, Erdogan Menyambut Gembira
- Dunia Hari Ini: Putin Meraih Suara Hampir 90 Persen dalam Pemilu Rusia
- Raih 87 Persen Suara, Vladimir Putin Unggul Telak di Pilpres Rusia
- Putin Sebut Rusia Selalu Siap untuk Perang Nuklir
- Berkunjung ke Rusia, Menpora Dito Bawa Surat dari Prabowo Subianto untuk Vladimir Putin