Diplomat Diusir, Rusia Bersumpah Balas Dendam

Diplomat Diusir, Rusia Bersumpah Balas Dendam
Bendera Rusia. Foto: Reuters

jpnn.com, LONDON - Keputusan Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May mengusir 23 diplomat Rusia dari negerinya menuai beragam reaksi. Negara adikuasa sekaliber Amerika Serikat (AS) pun sampai terbelah. Presiden Donald Trump semula menganggap May terlalu gegabah.

Namun, Sarah Sanders, juru bicara Gedung Putih, mementahkannya. Dia menyebut pengusiran diplomat Rusia itu wajar. Bukan hanya Inggris, negara lain pun pasti akan mengambil langkah yang sama.

”Apa yang Rusia lakukan (terhadap Inggris, Red) adalah perilaku yang bertentangan dengan aturan internasional. Itu juga bentuk pelecehan kedaulatan dan keamanan bangsa lain,” kata Sanders sebagaimana dilansir BBC kemarin, Kamis (15/3).

Sebelumnya, Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley juga menegaskan bahwa AS akan selalu mendukung Inggris. ”Sebagai sekutu dekat yang punya hubungan sangat baik, AS akan selalu ada di pihak yang sama dengan Inggris,” katanya.

Prancis, yang saat pertama mendengar sanksi itu sempat kecewa, kemarin juga berubah pikiran dan mendukung penuh kebijakan May.

Sehari setelah mengumumkan sanksi untuk Rusia, kemarin May melawat Salisbury di selatan Inggris. Dia berkunjung ke lokasi Sergei Skripal terkulai lemas pada 4 Maret lalu.

Mantan mata-mata Rusia yang membelot, lalu bekerja sama dengan intelijen Inggris, itu ditemukan tak berdaya di sebuah bangku. Di dekatnya, sang putri, Yulia, juga ditemukan dalam kondisi yang sama.

Sampai sekarang, Skripal dan anak perempuannya itu masih koma. Inggris yakin mereka diracun dengan Novichok. Pada era Uni Soviet, racun tersebut dikembangkan oleh militer.

Keputusan PM Inggris Theresa May mengusir diplomat Rusia dari negerinya menuai beragam reaksi. Moskow jelas berang. Mereka bersumpah balas dendam

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News