Diskusi Kebhinekaan dan Teater Toleransi Bangsa, Bamsoet: Intoleransi Ancaman Kemajemukan

Diskusi Kebhinekaan dan Teater Toleransi Bangsa, Bamsoet: Intoleransi Ancaman Kemajemukan
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Foto: Humas MPR RI.

Bamsoet menegaskan tolerans harus menjadi kebutuhan, karena kebhinekaan adalah elemen pembentuk bangsa.

Menurutnya lagi, kebhinekaan bukan hanya fakta sosiologis yang hanya diterima sebagai sesuatu yang given, tetapi juga harus terus menerus diperjuangkan.

"Ketidakmampuan mengelola kemajemukan mengakibatkan terjadinya berbagai gejolak radikalisme yang menggerus sikap toleran," papar Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI menilai berseminya sikap intoleran tidak lepas dari kealpaan seluruh elemen bangsa dalam menyemai sikap toleransi.

Menurutnya, kealpaan tersebut terasa sejak awal reformasi dalam bentuk de-ideologisasi Pancasila, antara lain dengan dicabutnya P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dan dihapuskannya BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Terakhir, kata dia, dilakukan juga penghapusan mata pelajaran Pancasila dari mata pelajaran pokok di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.


"Tidak heran jika kelompok konservatif-eksklusif mudah mengintrupsi dunia pendidikan dan kelembagaan sosial-kemasyarakatan serta kelembagaan negara dengan paham, ideologi dan doktrin keagamaan eksklusif yang menebarkan ancaman terhadap negara Pancasila," kata dia.

Sebagai langkah awal menanggulanginya, Bamsoet menegaskan, MPR RI telah mendorong pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional untuk mengembalikan kembali mata pelajaran Pancasila sebagai mata pelajaran yang wajib diajarkan di semua jenjang pendidikan. (*/jpnn)

Bamsoet menegaskan tolerans harus menjadi kebutuhan, karena kebhinekaan adalah elemen pembentuk bangsa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News