Disukai Jepang, Sulsel Ekspor Perdana Talas Beku

Disukai Jepang, Sulsel Ekspor Perdana Talas Beku
Kementerian Pertanian lewat Badan Karantina Pertanian (Barantan) kembali melepas pengiriman perdana talas beku ke Jepang sebanyak 8,85 ton. Foto dok Kementan

Andi Yusmanto, Kepala Karantina Pertanian Makassar menjelaskan bahwa selama 2019, terdapat 15 eksportir baru dari total 35 eksportir selama 2019 yang mengekspor berbagai komoditas pertanian seperti umbi porang, manggis, durian, mangga, markisa dan vanili. Dan kini bertambah satu perusahaan pengekspor umbi talas yaitu PT. Tridanawa Perkasa Indonesia.

Sedangkan pertambahan negara tujuan ekspor selama 2019 sebanyak tiga negara yaitu Thailand dan Belarus untuk komoditas mede dan Papua New Guinea untuk ekspor tepung terigu.

"Kita harus jaga dan kembangkan pertumbuhan ekspor ini dengan 3K yaitu dengan menjaga kualitas, menambah kuantitas dan menjaga kontinuitasnya," imbuh Ka Barantan.

Potensi pasar ekspor ke Jepang cukup besar. Kementerian Pertanian mengungkapkan bahwa kebutuhan talas beku untuk pasar jepang sekitar 380 ribu ton per tahun dan potensi suplai dari Indonesia baru dapat memenuhi 310 ribu ton yang berasal dari dalam negeri Jepang dan Tiongkok. Masih ada kekurangan 70 ribu ton per tahun, ini potensi ekspor yang dapat digarap.

Pengiriman talas beku atau frozen satoimo sendiri dipacking sesuai dengan klasifikasi ukuran.

Di Jepang, talas beku ini digunakan sebagai pengganti beras dan kentang. Karakternya yang tinggi protein dan kalori tetapi rendah karbohidrat membuat umbi talas digemari masyarakat Jepang.

Mr. Hirotaka Aoki, Business Development Japanese Customers Yield Management dari pihak pelayaran menyampaikan bahwa ia berharap pengiriman ini adalah kali pertamanya. Namun ia berharap eksportasi ini bisa berjalan secara kontinyu ke Jepang.

Abdul Hayat, Sekda Provinsi Sulsel, yang juga hadir dan melepas ekspor mengapresiasi semua pihak. Dia senang, karena melalui peningkatan ragam komoditas pertanian ekspor tersebut, selain berdampak positif pada peningkatan pendapatan daerah, juga menjadi nilai tambah bagi petani dan masyarakat Sulawesi Selatan.

Di Jepang, talas beku ini digunakan sebagai pengganti beras dan kentang. Karakternya yang tinggi protein dan kalori tetapi rendah karbohidrat membuat umbi talas digemari masyarakat Jepang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News