Diterjang Badai, KM Berkat Fadilah Karam
Selasa, 05 Mei 2009 – 11:21 WIB
Ia mengatakan, pusaran air berpotensi terjadi karena dalam beberapa pekan terakhir kosentrasi pembentukan awan comulonimbus berada di lautan. “Selain hujan diserta petir, awan ini juga bisa memunculkan angin puting beliung. Kalau di laut yang muncul waterspout,” ujarnya.
Waterspout adalah pusaran air yang pola putarannya persis angin puting beliung. Hanya saja medianya di air. Fenomena laut itu muncul karena tekanan di permukaan laut lebih tinggi dari yang ada di awan comulunimbus. Udara tersebut bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Perbedaan tekanan tidak normal ini memicu munculnya gaya tarik dari dalam laut.
Kecepatan waterspout lebih rendah ketimbang angin puting beliung. Jika kecepatan angin puting beliung di atas 25 knot per jam, waterspout cuma sekitar 10 knot saja. Meski tak terlalu kencang, namun pusaran air laut itu sangat berbahaya. Ia bisa menyedot kapal yang melintas di atasnya.
“Diameter waterspout di perairan Kepri relatif kecil. Paling cuma 10 meter. Tapi itu cukup untuk menjungkalkan kapal-kapal kayu,” tukas pria berkacamata ini.
BATAM- Dua anak buah kapal KM Fadilah tewas setelah kapal bertonase 20 GT itu karam di terjang badai, sekitar pukul 02.00, Senin (4/5) kemarin. Satu
BERITA TERKAIT
- Kementan Minta Penyuluh Pertanian di Kalsel Menyukseskan Upsus Antisipasi Darurat Pangan
- Diduga Tergelincir di Sungai, Hanafia Tenggelam di Sungai Musi
- Maju Pilbup Kudus 2024, Sam'ani Intakoris Pensiun Dini dari PNS
- Eman Suherman Dukung UMKM untuk Tingkatkan Ekonomi Majalengka
- Awal Bulan, Volume Kendaraan di Puncak Bogor Meningkat Hingga 2 Kali Lipat
- ART Lompat dari Rumah Penyalur di Tangerang, Polisi Tetapkan Satu Tersangka