Djarot Diuntungkan Pengusiran di Masjid At-Tin

Djarot Diuntungkan Pengusiran di Masjid At-Tin
Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat dan istri Heppy Farida mengunjungi kerabatnya di Mojosari Mojokerto, Kamis (9/3). Dalam masa kampanye putaran kedua, calon petahana tersebut menyempatkan berziarah ke makam ayahnya Mochammad Thoyib sekaligus mengunjungi sanak keluarga. Ilustrasi by: Sofan/Radar Mojokerto

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat sosial dan hukum Yukie H Rusdhie menilai, pengusiran terhadap calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat oleh sejumlah orang dari acara haul Supersemar di Masjid At-Tin, Jakarta Timur, Sabtu (11/3) lalu merupakan hal yang patut disesalkan.

Pasalnya, memperkuat indikasi tren kemerosotan pemahaman demokrasi di negeri ini.

"Seharusnya, siapapun harus bisa membedakan konteks politik dan non-politik. Silakan usir Djarot, kalau memang terdapat bukti atau tanda-tanda dia memanfaatkan acara tersebut sebagai ajang kampanye," kata Yukie saat dihubungi, Senin (13/3).

Menurut Yukie, bila tidak ada kampanye, maka sikap para jemaah yang melakukan pengusiran itu justru malah berpotensi memerosotkan reputasi kompetitor Djarot di arena Pilgub DKI Jakarta.

Pasalnya, opini masyarakat bakal mengerucut pada satu kesimpulan seolah-olah aksi kurang simpatik tersebut ditunggangi oleh kepentingan lawan politik Djarot.

"Ujung-ujungnya, tindakan semacam begitu malah berujung pada kemerosotan simpati publik terhadap lawan politik Djarot, sekaligus mendongkrak rasa simpati masyarakat terhadap Djarot sendiri," ujar Yukie.

Yukie mengingatkan, kerap strategi menempatkan diri sebagai pihak yang terzalimi menjadi jurus efektif untuk menjaring simpati publik.

Maka, demi pertumbuhkembangan kehidupan demokrasi, lebih berhati-hatilah dalam mengumbar fanatisme.

Pengamat sosial dan hukum Yukie H Rusdhie menilai, pengusiran terhadap calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat oleh sejumlah orang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News