DKPP Kembali Adili KPU
Jumat, 22 Maret 2013 – 06:36 WIB

Jimly Asshiddiqie saat memimpin sidang dugaan pelanggaran kode etik di ruang sidang Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat, Jumat (22/3). FOTO : ADE SINUHAJI / JPNN
JAKARTA--Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) menindaklanjuti berbagai pengaduan Bawaslu terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU). Yakni, dengan mengadakan sidang pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu dengan teradu ketua dan anggota KPU. Sesuai pokok aduan yang disampaikan ke DKPP, lanjut dia, para pengadu menduga ketua dan anggota KPU telah melanggar kode etik penyelenggara pemilu. Ada empat pokok aduan. Di antaranya, berkaitan dengan penolakan terhadap keputusan Bawaslu No 012/SP2/Set.Bawaslu/I/2013 serta telah menghilangkan hak politik dan hak konstitusi warga negara yang terhimpun dalam partai politik.
"Agenda sidang perdana ini akan mendengarkan pengaduan para pengadu," ujar Juru Bicara DKPP Nur Hidayat Sardini, Kamis (21/3). Sidang dugaan pelanggaran kode etik tidak hanya menempatkan ketua dan anggota Bawaslu sebagai pengadu.
Baca Juga:
Nur Hidayat mengungkapkan, pengadu dalam sidang kali ini juga ketua umum PPRN (Partai Peduli Rakyat Nasional), ketua umum Partai Republik, ketua DPD Partai Hanura Sumatera Barat, kuasa hukum Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPI), ketua umum Partai Buruh, serta Refly Harun dan Ahmad Irawan dari "Correct" Jakarta.
Baca Juga:
JAKARTA--Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) menindaklanjuti berbagai pengaduan Bawaslu terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU). Yakni, dengan
BERITA TERKAIT
- Soal RUU Perampasan Aset, Dave Golkar: Kami Siap Membahas
- Gus Yasin Dukung Agus Suparmanto Jadi Ketum PPP di Muktamar
- Groundbreaking Kantor Nasdem Karawang, Idris Sandiya Ingatkan Pentingnya Pembangunan Fisik & Mental
- Fathi Nilai Kebijakan Ekonomi Trump Ancaman Serius, Pemerintah Perlu Strategi Baru
- Mutasi Letjen Kunto Bikin Heboh, Legislator Yakin TNI Independen
- Pengamat Sebut Rekayasa Penangkapan Cawabup Bengkulu Selatan Preseden Buruk Bagi Demokrasi