Dokter Sunardi

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Dokter Sunardi
Ilustrasi - Densus 88 Antiteror Foto: Ricardo/JPNN.com

Sunardi menderita penyakit strok sehingga membuatnya tidak akan leluasan melakukan perlawanan. Untuk menunjang aktivitas sehari-hari, Sunardi harus berjalan menggunakan tongkat.

"Fakta, almarhum Sunardi sudah menderita strok lama, butuh tongkat untuk beraktivitas. Layakkah dibunuh seperti itu? Kami mengutuk kalian yang memang sengaja membunuh seorang pejuang kemanusiaan yang baik.’’ Begitu bunyi salah satu kecaman dari warganet.

Dokter Sunardi juga dikenal sebagai penulis buku yang cukup produktif. Belasan buku sudah ditulisnya dengan berbagai topik, mulai tips kesehatan dan pengobatan, sampai tema-tema mengenai motivasi.

Seorang warganet lainnya mengatakan almarhum adalah dokter budiman yang sangat sering menolong warga yang menderita karena sakit. Ribuan orang sudah ditolong dengan pengobatan gratis.

Tidak terhitung berapa jumlah pasien yang malah dibantu biaya pengobatan. Mereka semua kehilangan seorang dokter yang murah hati.

Namun, di mata polisi, Sunardi adalah bagian dari jaringan Jamaah Islamiyah (JI) dan menduduki posisi penting. Dia disebut sebagai penasihat pimpinan JI.

Sunardi juga menjadi tokoh di balik gerakan Hilal Ahmar Society, organisasi kedokteran Islam yang biasanya dianggap sebagai pesaing Palang Merah.

Ini bukan kali pertama Densus 88 menjadi sorotan tajam karena arget operasinya terbunuh. Pada 2016, Densus 88 seorang aktivis dakwah Muhammadiyah di Klaten bernama Siyono.

Berbagai informasi dan kesaksian warganet tentang Dokter Sunardi menjadi counter-information terhadap keterangan polisi yang hanya satu sisi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News