Dokter Sunardi

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Dokter Sunardi
Ilustrasi - Densus 88 Antiteror Foto: Ricardo/JPNN.com

Selanjutnya, Densus membawa Siyono ke kantor polisi. Namun, dia dikembalikan kepada keluarganya dalam keadaan meninggal dunia.

Reaksi keras muncul dari berbagai kalangan. PP Muhammadiyah menurunkan tim pencari fakta untuk mengungkap kasus ini.

Siyono dikenal sebagai aktivis dakwah yang tidak pernah bersinggungan dengan kekerasan. Oleh karena itu, info tentang Siyono terlibat terorisme dianggap janggal dan tidak masuk akal.

Kepolisian mengeklaim Siyono meninggal setelah berkelahi dengan anggota Densus 88. Siyono tewas akibat perdarahan di kepala yang disebabkan benturan dengan benda tumpul.

Namun, Hasil autopsi Komnas HAM, Persatuan Dokter Forensik Indonesia, dan PP Muhammadiyah terhadap jenazah Siyono menunjukkan bahwa warga Dukuh Brengkungan, RT 011/RW 005, Desa Pogung, Cawas, Klaten itu meninggal karena patah tulang di bagian dada yang mengarah ke jaringan jantung.

Selain itu, hasil autopsi juga menunjukkan ada memar di bagian belakang tubuh seperti bersandar pada permukaan keras.

Pelaku pembunuhan terhadap Siyono disidangkan dan dihukum dengan penurunan pangkat. Hukuman itu dianggap ringan dan tidak memenuhi asas keadilan.

Vonis itu juga tidak menimbulkan efek jera dan dianggap tidak membawa perbaikan dalam cara-cara penanganan terorisme.

Berbagai informasi dan kesaksian warganet tentang Dokter Sunardi menjadi counter-information terhadap keterangan polisi yang hanya satu sisi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News