Dorong Penerapan E-Rekapitulasi Suara, Bukan E-Voting
jpnn.com - JAKARTA - Ramlan Surbakti mengatakan sistem Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia lebih membutuhkan rekapitulasi elektronik dibandingkan e-voting, yang sempat menjadi wacana di kalangan pemerintah dan DPR.
Sebab, kata mantan angota KPU itu, sistem pemilu Indonesia dikenal di dunia internasional sebagai pemilu yang prosedur rekapitulasi suaranya begitu panjang.
Selain memakan waktu, juga memperbesar potensi manipulasi dalam setiap tingkatan penghitungan.
"Kelemahan kita apa, rekapitulasi paling panjang di dunia. Karena itu saya usulkan bukan e-voting tapi e-rekapitulation," kata Ramlan dalam seminar bertajuk "Rekonstruksi Sistem Pemilu di Indonesia Menyongsong Pemilu Nasional Serentak", yang diadakan Fraksi PPP DPR, di gedung Nusantara I, Kamis (29/9).
Rekapitulasi elektronik ini menurutnya bukan hal baru karena pernah dicoba dalam Pemilu 2004. Hanya saja ketika itu, proses entry data dilakukan di tingkat kecamatan.
Penghitungan elektronik menurutnya tidak merusak model penghitungan yang selama ini dilakukan, langsung dilakukan di TPS, dan bisa disaksikan oleh pemilih maupun pengawas.
Kalau e-voting, lanjut pria bergelar profesor itu, maka kebiasaan yang berjalan dalam Pemilu selama ini hilang begitu saja.
Pertanyaan besarnya kalau menerapkan e-voting, apakah akan memperbaiki kualitas Pemilu atau tidak? Tegas dia katakana, iya.
JAKARTA - Ramlan Surbakti mengatakan sistem Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia lebih membutuhkan rekapitulasi elektronik dibandingkan e-voting,
- Putusan Sidang PHPU MK jadi Simbol Kemenangan untuk Pendukung Prabowo-Gibran
- Airlangga Membaca Peluang Kerja Sama PDIP - Prabowo, Begini Analisisnya
- Darmizal Ajak Masyarakat Dukung Prabowo-Gibran Demi Wujudkan Indonesia Emas
- MK Tolak Gugatan Paslon 01 dan 03, Yandri Susanto PAN: Alhamdulillah, Sesuai Prediksi Kami
- KIPRA Gelar Tumpengan Seusai Putusan MK soal Sengketa Hasil Pilpres
- Bamsoet Apresiasi 60 Kader Pemuda Pancasila Terpilih dalam Pemilu Legislatif 2024