Drama Pembelotan 13 Pekerja Korea Utara ke Selatan

Drama Pembelotan 13 Pekerja Korea Utara ke Selatan
Salah satu restoran Korea Utara di Bangkok. Foto: AP/WSJ

jpnn.com - SEOUL - Untuk kesekian kalinya, warga Korea Utara membelot ke Korea Selatan, Dan seperti biasa, pembelotan ini dilakukan oleh staf restoran milik pemerintah Korut di luar negeri.

Sepertinya, Korut kembali harus menutup salah satu restoran mereka di luar negeri. Kali ini, ada 13 pegawai yang membelot. Perinciannya, 1 lelaki yang menjabat sebagai manajer dan 12 staf perempuan.

Ini tercatat sebagai pembelotan terbesar. Biasanya hanya satu atau dua orang saja. Pemerintah Korsel pun tidak mau menyebutkan mereka berasal dari restoran Korut di negara mana dan rute yang mereka ambil.

"Kami khawatir dengan kemungkinan konflik diplomatik negara ketiga (tempat restoran Korut), perlindungan terhadap mereka, serta kemungkinan masalah-masalah lain yang muncul pada masa depan,’’ ujar Jeong Joon-hee, juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel. 

Yang jelas, 13 orang itu pada Kamis (7/4) telah tiba dengan selamat di Korsel. Biasanya, pemerintah Korsel tidak mengungkapkan ke publik jika ada warga Korut yang membelot. Namun, karena itu merupakan kasus khusus yang jarang terjadi, mereka pun membukanya ke media. Berdasar hasil tes kesehatan, kondisi mereka cukup baik.

Korut memiliki 130 restoran di luar negeri. Seluruh restoran tentu saja merupakan milik negara dan hampir seluruh pegawainya adalah penduduk Pyongyang. Restoran-restoran tersebut tersebar di 12 negara, termasuk di Tiongkok yang merupakan sekutu utama Korut. Seoul memperkirakan bahwa Korut mendapatkan sekitar USD 10 juta (Rp 131,4 miliar) setiap tahun dari restoran mereka di luar negeri itu. 

Selain dari restoran, Korut mendapatkan pemasukan berupa mata uang asing dari para pekerja mereka di luar negeri. Per tahun, ada 50 ribu orang Korut yang bekerja di luar negeri. Berdasar Pusat Database untuk HAM di Korut, para pekerja tersebut menyumbang pemasukan sekitar USD 200 juta sampai USD 300 juta atau setara dengan Rp 2,6 triliun hingga Rp 3,9 triliun.

Korsel pun menuding bahwa uang yang dihasilkan dari pengoperasian restoran-restoran tersebut digunakan Pyongyang untuk mendanai program nuklir mereka. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News