Druze

Oleh Dahlan Iskan

Druze
Dahlan Iskan di pusat Druze di Moukhtara, Lebabon. Foto: disway

“Ini bukan masjid,” jawab staf di situ. Saat saya bertanya ini: di mana masjid umat Druze.

Baca Juga:

Saya sudah tahu. Druze tidak punya masjid. Saya tahu: pegangannya lima rukun Islam: syahadat (bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan dan Muhammad adalah Rasul), salat, zakat, puasa dan naik haji. Tapi tidak pernah menjalankannya.

“Salatnya seperti apa?” tanya saya.

“Ya salat biasa. Seperti orang Islam pada umumnya,” jawabnya.

Saya tidak meneruskan pertanyaan itu. Saya datang tidak untuk berdebat. Yang hanya akan menyinggung perasaan mereka.

Ya sudah. Begitu saja.

Saya kan sudah membaca literatur tentang Druze. Sejak di madrasah dulu. Yang banyak versinya. Bahwa Druze itu Islam: Islam zaman Nabi Ibrahim. Menyebut dirinya Muwahidin.

Saya pun ke makam khusus orang Druze. Tinggal jalan kaki ke lokasi sebelah. Yang juga dijaga tentara bersenjata.

Dia Islam. Dia bukan Islam. Dia bukan Islam tapi Islam. Dia Islam tapi bukan Islam. Dia Druze. Jumlah umatnya sekitar 1 juta di Lebanon. Atau 5 persen penduduk.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News