Dua Hal Ini Dinilai Jadi Penyebab Rusuh Kaltara

Dua Hal Ini Dinilai Jadi Penyebab Rusuh Kaltara
Kerusuhan Kaltara. Foto: Pojok Satu

jpnn.com - JAKARTA -  Anarkisme yang  terjadi di Kalimantan Utara, dinilai merupakan bentuk kegagalan pasangan calon gubernur Jusuf Serang Kasim-Marthin Billa mengendalikan massa pendukungnya. Dalam ajang pesta demokrasi ini mereka dinyatakan kalah dari pasangan Irianto-Udin.

"Tidak mungkin massa bergerak tanpa motivasi dari kandidat," ujar Ketua Setara Institute Hendardi, Minggu (20/12).

‎Meski menilai demikian, Hendardi melihat kekecewaan pendukung pasangan calon nomor urut 1 tersebut juga kemungkinan disebabkan oleh kekhawatiran tidak adanya mekanisme mempersoalkan dugaan kecurangan lawan yang mempengaruhi kemenangan lawan. 

"Dengan jumlah penduduk 588.791 jiwa, maka berdasarkan ketentuan Pasal 158 Undang-Undang Nomor 8/2015 (tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota), Pilkada Kaltara hanya bisa dipersolkan ke MK jika selisih antar kandidat tidak melampaui 2 persen suara," ujar Hendardi.

Artinya, kalau melihat selisih perhitungan suara, pasangan Jusuf-Marthin secara formil tak bisa mempersoalkan perselisihan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Pasalnya selisih suara mencapai sekitar delapan persen. 

Pasangan Jusuf-Marthin memperoleh 45,86 persen suara. Sedangkan pasangan Irianto-Udin, meraih hingga ‎ 53,67 persen suara. 

"Dengan komposisi perolehan itu, maka pasangan 1 secara formil tidak bisa juga mempersoalkan perselisiham itu ke MK. Jadi, selain karena kedewasaan politik kandidat dan warga, anarkisme itu juga ekspresi kekecewaan atas mekanisme peradilan Pilkada," ujar Hendardi. (gir/jpnn)


JAKARTA -  Anarkisme yang  terjadi di Kalimantan Utara, dinilai merupakan bentuk kegagalan pasangan calon gubernur Jusuf Serang Kasim-Marthin


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News