Dulu Sering Diusir Satpam, Kini Raup Ratusan Juta Per Bulan

Dulu Sering Diusir Satpam, Kini Raup Ratusan Juta Per Bulan
PERKUAT JARINGAN: Adi Rachman memperlihatkan proses meramu kebab. Kini, dalam sebulan, ribuan kotak terjual ke konsumen dan Adi siap memperkuat pasar offline. FOTO: FRIZAL/JAWA POS

jpnn.com - BUAT Adi Rachman, media sosial (medsos) bukan sekadar ajang kangen-kangenan dengan teman-teman lawasnya. Di tangannya, media sosial, menjadi salah satu alat untuk membantu bisnisnya hingga bisa menangguk omzet ratusan juta per bulan. Dia adalah pemilik Kebab Kebudd.

Adi memulai bisnis kebab pada 2012. Saat itu penjualan kebab menggunakan gerobak di food court hingga parkiran swalayan sedang tren. 

Adi pun mencoba peruntungan dengan membuka gerai kebab di food court mal terkenal di Surabaya.

Adi membidik ibu-ibu atau karyawati yang sibuk sehingga tidak sempat masak. Ukuran jumbo kebab milik pesaingnya dianggap terlalu mengenyangkan bagi perempuan.

Sayang, kebanyakan pengunjung mal itu adalah anak-anak SMA atau mahasiswa yang tidak sesuai target pasar kebabnya. Harga kebab Adi terbilang mahal bagi kantong anak SMA. Mereka lebih suka membeli kebab berukuran besar dengan harga lebih murah seperti yang dijajakan kompetitor.

Gerai Kebab Kebudd pun hanya mampu bertahan beberapa bulan.

Adi lantas mencoba peruntungan di lokasi car free day (CFD). Di sana dia mengalami gesekan fisik dengan penjual lain. Lahan yang terbatas membuat pedagang berebut lokasi strategis. Jika datang agak kesiangan, tempat mangkalnya sudah diambil pedagang lain. 

“Kalau di jalan protokol diusir petugas,” kata pria kelahiran 23 Juli tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News