Dulu Tandus dan Miskin, Kini jadi Desa Percontohan di Asia Tenggara, Keren!

Dulu Tandus dan Miskin, Kini jadi Desa Percontohan di Asia Tenggara, Keren!
Artim Yahya. Foto: ANDRA NUR OKTAVIANI/JAWA POS

Kesuksesan Desa Santong mengelola HKm itu pun menggema jauh. Hampir setiap tahun berbagai pihak datang berkunjung, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Pada 2000, misalnya, bupati dan ketua DPRD Kulon Progo, Jogjakarta, datang. ’’Sekarang mereka juga sudah punya HKm sendiri,’’ ujarnya.

Kunjungan dari luar negeri dimulai pada 2009. Diawali rombongan dari Jepang. Pada 2011, utusan dari 14 negara di Asia giliran berkunjung ke HKm Santong untuk mempelajari keberhasilan pengelolaan hutan berbasis masyarakat itu.

Pada tahun yang sama, ada 35 negara yang field trip ke Desa Santong. Tahun berikutnya, ada 15 negara yang melakukan kunjungan.

Setelah itu, pada Oktober 2012, ada utusan dari 10 negara ASEAN yang datang untuk melakukan studi banding mengenai pengelolaan hutan berbasis masyarakat.

Mereka datang untuk melihat partisipasi masyarakat dan meminta informasi mengenai proses izin HKm Santong dari bupati Lombok Utara.

Artim menyatakan, pada 2013, Bank Dunia juga sempat berkunjung ke HKm Santong. Mereka melihat dampak HKm Santong kepada masyarakat.

Pada 2013, ada pula petani dari Jawa Timur yang ingin melihat pengelolaan kopi dan kakao. ’’Setahun, bisa ada dua rombongan yang datang berkunjung ke HKm Santong,’’ jelas Artim.

Memandang pepohonan di lahan hutan yang dia kelola, Artim Yahya menarik napas lega. Sonokeling, sengon, dan beberapa jenis pohon lain tumbuh subur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News