Eijkman

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Eijkman
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Maskapai Garuda diplesetkan menjadi ‘’Good and Reliable Under Dutch Administration’’, bagus dan andal di bawah pemerintahan Belanda.

Ketika masih dikelola Belanda maskapai itu jaya, setelah dikelola rezim Indonesia, hampir bangkrut karena kebanyakan utang.

Garuda pun dipelesetkan menjadi ‘’Greedy and Relentless under Domestic Authority’’, rakus dan tidak berhenti (utang) di bawah pemerintahan domestik (Indonesia).

Di bawah rezim yang berkuasa sekarang Garuda rakus tidak henti menumpuk utang sampai hampir bangkrut.

Satu lagi lembaga bergengsi warisan Belanda yang sekarang tutup di bawah pemerintahan demestik, yaitu Lembaga Biologi Eijkman. Tepat pada awal 2022 lembaga penelitian yang didirikan semasa pemerintahan kolonial Belanda itu ditutup dan diintegrasikan ke dalam lembaga baru Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Sejak didirikan pada 1888, Lembaga Eijkman memiliki tradisi ilmiah yang panjang dan membanggakan. Lembaga ini telah melakukan banyak penelitian di bidang biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran, dengan fokus pada aspek biomedis, biodiversitas, bioteknologi, dan biosekuritas.

Tidak banyak yang tahu ternyata Indonesia pernah menghasilkan pemenang Nobel. Dialah Dr. Christian Eijkman, seorang dokter syaraf yang menjadi direktur pertama lembaga penelitian ini.

Ketika diangkat menjadi direktur, Eijkman mendapat tugas untuk meneliti penyakit beri-beri. Ia menghasilkan penemuan besar tentang hubungan antara penyakit tersebut dengan kekurangan vitamin B1.

Penemuan Eijkman membuka khazanah baru tentang vitamin. Berkat jasanya tersebut, ia mendapat Hadiah Nobel 1929.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News