Eijkman
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Masyarakat dipaksa untuk menuruti semua program dan yang menentang akan dianggap sebagai pembangkang yang dikenai sanksi sosial dan sanksi hukuman.
Vaksinasi, yang seharusnya menjadi opsi bagi warga negara berubah menjadi obligasi, kewajiban, yang diterapkan dengan pemaksaan sanksi sosial dan sanksi hukum.
Praktik sosial ini dilakukan melalui proses normalisasi yang kemudian diendapkan dan diinternalisasikan melalui proses pembiasaan dalam masyarakat untuk kemudian memengaruhi sikap dan perilaku masyakarat.
Setelah dinormalisasi maka posisi masyarakat pun menjadi ‘’vehicle of power’’ atau kendaraan kekuasaan. Warga masyarakat yang sudah divaksin menjadi bagian dari praktik sosial yang normal, sedangkan mereka yang menolak vaksin dianggap sebagai abnormal lalu dikucilkan melalui berbagai sanksi.
Peleburan Eijkman ke dalam BRIN adalah bukti fenomena relasi kuasa dan pengetahuan itu. (*)
Penemuan Eijkman membuka khazanah baru tentang vitamin. Berkat jasanya tersebut, ia mendapat Hadiah Nobel 1929.
Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror
- Lestari Moerdijat Minta UMKM Harus Konsisten Tingkatkan Kualitas, Ini Tujuannya
- Pecegahan Kontaminasi Bromat di AMDK Harus Dilakukan oleh Semua Pihak
- BRIN Bidik Mitra Internasional untuk Kembangkan Reaktor Nuklir Generasi IV
- Awal Puasa 2024 Berbeda, Lebaran Sama, Inilah Penyebabnya
- Sampoerna dan INOTEK Luncurkan Program UMKM untuk Indonesia 2024
- Ganjar Kunjungi Pusat Pembibitan, Putra Purworejo Janjikan Kedahsyatan Penelitian