Ekonomi Indonesia Terlalu Cepat Dibuka, Bantuan untuk Warga Juga Terkendala
Obed Humutur, seorang musisi kafe di Jakarta terpaksa menjual keyboard miliknya.
Sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di ibukota diterapkan ia nyaris tak pernah lagi manggung, padahal ini adalah mata pencaharian utamanya.
"Saya kecewa karena kita tidak bisa mendapat penghasilan, kita tidak melakukan apa-apa sudah enam bulan dan tak ada cukup bantuan," ujarnya kepada ABC Indonesia.
Obed mengatakan satu-satunya bantuan yang ia terima adalah bantuan sosial berupa satu buah paket berisi beras, ikan sardin kalengan, mie instan, dan biskuit setiap bulannya.
Photo: Obed Humutur berharap pemerintah Indonesia lebih memberikan bantuan yang cukup kepada mereka yang bekerja di sektor informil. (Koleksi pribadi)"Tentunya ini tidak akan menolong kita untuk membayar uang sewa kontrakan," kata Obed yang tinggal di rumah susun Bidara Cina, Jakarta Timur.
Obed adalah satu dari jutaan warga Indonesia yang tidak lagi dapat bekerja di tengah pandemi COVID-19, terutama mereka yang bekerja di sektor informal atau yang menggantungkan penghasilan dari kerja harian.
Pekan ini Jakarta kembali memberlakukan PSBB, setelah Gubernur Anies Baswedan memutuskan untuk "menarik rem darurat" setelah melihat perkembangan kondisi COVID-19 saat ini di Jakarta.
Lembaga-lembaga peneliti di Indonesia, termasuk INDEF, sejak bulan Maret lalu sudah merekomendasikan agar Pemerintah dahulukan kesehatan ketimbang ekonomi
- Fokus Bina UMKM, PNM Hadir di 57th APEC SMEWG
- BRI Sambut Baik Kenaikan Suku Bunga Acuan, Tetap Optimistis Kredit Tumbuh 2 Digit
- Badan Bank Tanah & Polri Bersinergi untuk Laksanakan Tugas dan Fungsi
- Cermati Perkembangan Global, BRI Lebih Fokus ke Tantangan Domestik Melalui Pemberdayaan UMKM
- 3 Tantangan Pemerintah Setelah Suku Bunga Acuan BI Naik, Wajib Bersiap!
- Catatan Lengkap Kenaikan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Terbaru