Ekonomi Indonesia Terlalu Cepat Dibuka, Bantuan untuk Warga Juga Terkendala
"Para pengusaha harus mau merugi sebentar. Mereka kan berpuluh-puluh tahun sudah dapat untung. Kalau mau merugi sebentar, toh habis ini ekonomi bisa bergerak kembali."
Prioritas kesehatan atau ekonomi?
Photo: Jakarta kembali memperketat pembatasan aktivitas sosial warganya setelah melihat angka penularan harian di atas 1000 kasus hampir setiap hari di bulan September. (AP: Tatan Syuflana)
Lembaga-lembaga peneliti di Indonesia, termasuk INDEF, sejak bulan Maret lalu sudah merekomendasikan agar Pemerintah Indonesia memprioritaskan kesehatan ketimbang ekonomi.
"Ini untuk menghindari apa yang kita lihat saat ini, angka penularan tidak turun, tapi kegiatan ekonomi juga tidak bisa dilakukan sepenuhnya," ujar Andri.
Pekan lalu (7/09) Presiden Joko Widodo mengatakan jika "kesehatan yang baik akan menjadikan ekonomi kita baik", yang menurut Andri seharusnya ditekankan sejak awal pandemi agar keputusan yang diambil selalu mengarah pada kesehatan.
Di bulan Juli, Presiden Joko Widodo membentuk lembaga baru yang diberi nama Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Pemerintahan Jokowi juga mengumumkan anggaran senilai Rp10 triliun di akhir Februari lalu untuk mengantisipasi dampak virus corona pada perekonomian Indonesia, termasuk mempromosikan pariwisata di tengah pandemi COVID-19 senilai Rp72 miliar.
Photo: Indonesia's President Joko Widodo wears a face shield and black face mask during a meeting in Jakarta. (Kantor Staf Presiden Republik Indonesia)
Lembaga-lembaga peneliti di Indonesia, termasuk INDEF, sejak bulan Maret lalu sudah merekomendasikan agar Pemerintah dahulukan kesehatan ketimbang ekonomi
- Frans Go: Komitmen Membangun NTT Tak Mesti Jadi Gubernur
- Pembekalan Teknologi Digital untuk Nasabah PNM Terus Digeber
- BRI Lakukan Buyback, Ini Sebabnya
- Pesan Muhammadiyah soal Pengelolaan Tambang: Harus Berkesinambungan
- Maluku dan NTT Punya Segudang Potensi, tetapi Menghadapi Banyak Masalah
- Rasio NPL Bank Mandiri Terjaga di Level 1,02 Persen selama Kuartal I 2024