Elektabilitas Jokowi Tak Direspons Pasar, Rupiah Ambruk
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono melontarkan sindiran terhadap Presiden Joko Widodo yang sebulan terakhir survei elektablitasnya sebagai calon presiden 2019, semakin tinggi.
Menurutnya, tingginya elektabilitas itu tidak sejalan dengan perekonomian negara saat ini. Terutama terkait pasar modal dan keuangan.
"Elektabilitas jadi-jadian Pak Joko Widodo tidak mendapat respons positif dari pasar keuangan dan modal," ucap Arief di Jakarta.
Arief mengatakan, gencarnya sejumlah lembaga survei menempatkan elektabilitas Jokowi teratas sebagai capres, selalu didasarkan pada tingginya tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja ekonomi pemerintahan ini.
Hanya saja faktanya berbanding terbalik. Itu terbukti dengan pelemahan rupiah.
Terbaru, nilai tukar mata uang Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menyentuh angka Rp 14.000 di money changer.
"Artinya dengan nilai kurs rupiah yang ambruk menunjukan bahwa kinerja ekspor nasional di era Joko Widodo bergerak menurun, dan impor meningkat," jelas aktivis buruh ini.
Dia pun menyampaikan sejumlah dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang AS.
Nilai tukar mata uang Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat hampir menyentuh angka Rp 14.000 di money changer.
- Bamsoet Minta Pemerintah Antisipasi Melemahnya Nilai Tukar Rupiah
- Syarief Hasan Komentari Nilai Tukar Rupiah yang Terus Turun, Simak
- Prabowo Umumkan Gibran Cawapres, Begini Dampaknya di Pasar Saham
- Nilai Tukar Rupiah Mengkhawatirkan, Bagaimana Posisi Cadangan Devisa Indonesia?
- Penjelasan Pejabat BI soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Bikin Lega, Alhamdulillah
- Mitigasi Risiko Ekonomi 2023, Pemerintah Harus Fokus Jaga Ketahanan Pangan dan Energi