Elektabilitas PSI dan Partai Berkarya Mulai Meroket

Elektabilitas PSI dan Partai Berkarya Mulai Meroket
Logo Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Foto: dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Dinamika partai politik selama tiga bulan masa kampanye bervariasi. Sejumlah parpol mengalami kenaikan elektabilitas, terkerek oleh coattail effect maupun manuver yang dilancarkan elite-elite parpol.

Sebagian lagi mengalami penurunan elektabilitas ataupun cenderung stabil. Di antara lima besar parpol, PDIP dan Gerindra paling banyak mengalami kenaikan elektabilitas.

Temuan lembaga survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan elektabilitas PDIP meningkat dari 23,1 persen pada survei periode November 2018 menjadi 25,7 persen. Sedangkan Gerindra naik dari 12,3 persen menjadi 14,7 persen.

“Kenaikan elektabilitas PDIP dan Gerindra tidak mengherankan, mengingat kedua parpol adalah pengusung utama calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres),” ungkap Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam siaran persnya Sabtu (12/1).

Sementara itu PKB relatif stabil pada kisaran 7,3 - 7,5 persen. Terkait erat dengan basis Nahdlatul Ulama (NU), kehadiran sosok cawapres Kyai Ma’ruf Amin dinilai masih belum berdampak signifikan mengerek elektabilitas capres pasangannya, Jokowi.

“Mesin kampanye PKB dan Kyai Ma’ruf tampak belum sinkron,” lanjut Vivin.

Sebaliknya, Golkar mengalami penurunan paling dalam dari sebelumnya 12,8 persen menjadi tinggal 9,8 persen. Penurunan juga dialami Demokrat, melemah dari 5,4 persen menjadi 4,6 persen.

“Tidak terwakilinya Golkar dan Demokrat dalam pasangan capres dan cawapres menjadikan semangat caleg-caleg di basis suara turut merosot,” jelas Vivin.

PSI dan Berkarya mengandalkan strategi melontarkan isu kontroversial untuk mendapatkan efek elektabilitas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News