Empat Hal yang Harus Dihasilkan Munas Golkar

Empat Hal yang Harus Dihasilkan Munas Golkar
Agung Laksono (kiri) dan Aburizal Bakrie. Foto: Hendra Eka/dok.JPNN

Dia pun heran, selain masih adanya pemecatan hingga sekarang, ada pula musyawarah daerah yang dilakukan sebagai kelanjutan Munas Bali maupun Ancol. Seharusnya, tegas dia, tidak ada lagi musda-musda karena kepengurusan PG sudah kembali ke hasil Munas PG Riau.

Kedua, munas harus menghasilkan komitmen baru kader dan pimpinan yakni mengangkat kembali kejayaan dan kebesaran partai dengan cara tidak ada lagi  kepentingan lain selain partai. Tidak ada lagi kepentingan kelompok, individu dan bisnis kelompok  tertentu.  

“Ini penting karena berpengaruh pada cara penanganan organisasi. Semua yang dirumuskan munas jadi komitmen dalam perjalanan partai,” katanya.

Ketiga, munas harus menghasilkan  konsep baru. Dia mencontohkan rebranding Golkar pada 1999 adalah melalui konvensi. Menurut dia, konvensi penting untuk dihidupkan kembali dalam periode ke depan.

“Ini harus dimasukkan  permanen dalam AD ART. Tentu dengan modikasi dan update  untuk atasi kelemahan,” katanya. Bila perlu, kata dia, konvensi tidak hanya untuk memilih capres atau cawapres. Tapi, juga bisa dimulai memilih calon  kepala daerah sehingga menghasilkan calon yang betul membawa aspirasi masyarakat.    

Selain itu, kata dia,  dalam penempatan orang di kepengurusan harus menggunakan merit sistem, tidak ada like or dislike. Sehingga, jaminan untuk keutuhan partai bisa terjadi.

“Selama ini pecah, karena ada orang berpotensi tapi kritis tidak dipakai di partai sehingga membuat kelompok sendiri yang menjadi pemicu perpecahan,” katanya.

Keempat, munas harus menghasilkan generasi kepemimpinan yang baru. Kalau mau rebranding,  munas harus menunjukkan bahwa output ketua umum mewakili generasi baru Partai Golkar. Misalnya, tokoh yang fresh muda, tidak terlalu dalam ikut konflik internal PG selama kurang lebih 1,5 tahun belakangan ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News