Empat Tahun Tsunami, Kisah Mereka yang Bangkit dari Titik Nol (2)
Sabut Kelapa yang Menopang Hidup Para Tetangga
Kamis, 04 Desember 2008 – 11:39 WIB

Jamil Z.A di depan pabrik tempat dia dan warga sekitar membuat keset dan pel dari sabut kelapa.
Dia bersyukur sejak enam bulan lalu rumahnya yang rata dengan tanah dibangun kembali oleh Caritas, sebuah LSM dari Swiss. Rumah bertipe 45 dengan dua kamar itu tergolong bagus. Bangunannya tampak kukuh. ’’Kami sangat bersyukur mendapat bantuan rumah itu,’’ ujar ibu tiga anak tersebut.
Di depan rumah barunya, wanita asal Aceh Singkil itu kini membuka toko sembako untuk menambah penghasilan rumah tangga. ’’Lumayan bisa membantu suami. Semua ini untuk masa depan anak-anak,’’ katanya.
Menurut Mardiyah, ketiga anaknya itulah yang membuat dirinya bisa bertahan. Dia lalu menuturkan pengalaman dramatisnya menyelamatkan mereka saat gelombang tsunami menerjang desanya. Saat itu, si bungsu berusia delapan bulan dan si sulung empat tahun. ’’Bapaknya saat itu berada di laut mencari ikan,’’ jelasnya.
Pagi pada 26 Desember 2004 itu, warga desanya berteriak-teriak karena ada gelombang laut datang. Tanpa banyak bicara, Mardiyah pun menggelandang ketiga anaknya berlari menjauhi pantai. ’’Hanya si bungsu yang saya gendong,’’ ucapnya.
Saat tsunami datang, Mardiyah beruntung sudah berhasil membawa ketiga anaknya memanjat tiang listrik. ’’Beberapa anggota Brimob dan TNI ikut membantu menyelamatkan anak-anak,’’ katanya.
Lebih dari empat jam Mardiyah dan ketiga anaknya bertahan di tiang listrik, sebelum tim penolong datang membantu. Saat itu, banyak orang heran atas tindakan heroik Mardiyah menyelamatkan ketiga putranya. ’’Saya juga heran kok bisa begitu kuat. Pikiran saya saat itu hanya satu. Bagaimana menyelamatkan ketiga anak saya,’’ tegasnya.
Selain rumahnya hancur, anak-anak Mardiyah mengalami guncangan jiwa yang hebat. Saking traumanya, pascatsunami, si bungsu langsung berteriak-teriak saat melihat air ledeng mengalir. ’’Itu berlangsung selama tiga tahun,’’ tuturnya.
Dia bersyukur anak-anaknya mulai melupakan kejadian mencekam tersebut. Apalagi, keluarganya kembali menempati rumah lama yang dibangun lagi di dekat pantai. ’’Anak-anaknya mulai sering berenang di laut. Kini, traumanya mulai hilang,’’ katanya. (el)
Musibah tsunami membuat seorang pengusaha kecil di Kabupaten Aceh Besar kehilangan segala-galanya. Lewat perjuangan yang gigih, dia berhasil menjalankan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu