Erupsi Reda, Waspada Lahar Dingin

Erupsi Reda, Waspada Lahar Dingin
Erupsi Reda, Waspada Lahar Dingin

Kepala Operasi Basarnas Surabaya Hari Adi Purnomo mengungkapkan bahwa munculnya lahar dingin tersebut belum bisa dibilang terlalu mengkhawatirkan. ”Namun, tidak berarti warga tak harus waspada. Sebab, hujan deras bisa muncul secara tiba-tiba tanpa bisa diprediksi,” ungkapnya. Intensitas hujan di kawasan sekitar Gunung Kelud belum begitu tinggi. Hujan lebat hanya terjadi di wilayah perkotaan.

Jawa Pos kemarin mengamati jalur aliran lahar dingin Gunung Kelud di Desa Sumber Asri, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Belum terlihat peningkatan volume air di jalur lahar yang dibangun pasca letusan Kelud pada 1990 itu. Jalur lahar tersebut dimanfaatkan warga setempat untuk melintas.

Menurut Nur Alam, petugas Sentra Komunikasi Mitra Polri Kediri, sekitar pukul 14.59 warga sempat dihebohkan oleh keluarnya gas beracun. Baunya cukup menyengat.  Namun, kondisi tersebut hanya berlangsung sejam. ”Setelah itu tidak ada lagi. Menurut data kami, juga tidak ada korban,” katanya.

Meski erupsi cenderung mereda, Kelud sejatinya masih berpotensi meletus lagi. Itu terlihat dari masih banyaknya gempa tremor. ”Potensi (meletus) masih ada. Dari data kegempaan terekam getaran yang terus-menerus,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Muhammad Hendrasto kemarin.

Hendrasto mengimbau masyarakat agar terus waspada. Status awas dan jarak aman radius 1 km masih diberlakukan. Langkah itu diambil sebagai tindakan hati-hati sebelum situasi di sekitar Gunung Kelud benar-benar dinyatakan aman. ”Status masih awas. Warga di pengungsian dulu,” katanya. (git/mia/c10/ca)


KEDIRI – Dua hari setelah letusan dahsyat Kamis malam lalu (13/2), aktivitas vulkanis Gunung Kelud cenderung menurun. Hujan abu tidak lagi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News