Esther Gayatri Saleh, Test Pilot Perempuan Satu-satunya di Indonesia

Bangga Jadi Penerbang yang Belajar secara Otodidak

Esther Gayatri Saleh, Test Pilot Perempuan Satu-satunya di Indonesia
Esther G. Saleh (tiga dari kanan) bersama bersama bebeberapa pilot Korea, di depan pesawat CN-235. Foto: Dokumen pribadi for Jawa Pos
 

Tewasnya sejumlah test pilot saat uji terbang mengakibatkan jumlah mereka di PT DI semakin sedikit. Dari 15 orang pilot uji pada 1985, yang tersisa sekarang tiga orang, termasuk Esther. Esther bukan saja satu-satunya test pilot perempuan di Indonesia, tapi juga menjadi satu-satunya di Asia hingga kini.

 

Berbeda dengan pilot operator biasa, test pilot memiliki komunitas tersendiri. Tugas yang mereka jalani lebih kompleks. Mereka tidak hanya terbang dalam uji perdana ketika pesawat baru selesai dibuat. Namun, pilot uji juga sudah ikut terlibat dalam proses awal produksi pesawat. Yaitu, saat pembuatan desain.

 

Dalam proses rancang bangun pun, para test pilot juga ikut terlibat. Misalnya, saat menentukan letak circuit breaker (sekring), navigasi, atau peralatan lainnya, masukan para pilot uji sangat menentukan. "Terlibat langsung sejak awal itulah yang memunculkan confidence level saat pertama pesawat kami terbangkan. Sebaik-baiknya pesawat dibuat di bawah, setelah di atas akan terjadi perubahan-perubahan aerodinamis. Maka, selalu akan ada perbaikan," imbuh Esther.

 

Karena itulah, seorang test pilot juga dituntut untuk memiliki pemahaman lebih terhadap pesawat. Bukan hanya kemampuan menerbangkan pesawat dengan baik, tapi juga dituntut untuk memiliki pemahaman mendalam tentang detail jeroan pesawat yang akan diuji terbang.

Meski "hanya" pilot uji coba, Esther Gayatri Saleh masuk segelintir sopir pesawat terbang perempuan di Indonesia. Profesi itu sama dengan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News