Fadli Zon Kecam Sikap Pemerintah terhadap Buruh Asing

Fadli Zon Kecam Sikap Pemerintah terhadap Buruh Asing
Fadli Zon. Foto: dok jpnn

Menurut Fadli, tidak ada negara di dunia yang membuka pintunya sedemikian lebar bagi tenaga kerja asing, kecuali kualifikasinya memang tidak tersedia di dalam negeri. “Di ASEAN saja, dalam MEA, kita punya perjanjian bahwa pekerja asing yang diperbolehkan hanya terkait delapan profesi dan itupun jabatannya spesifik dan telah ditentukan. Lah ini pemerintah tidak melakukan tindakan apapun atas ribuan buruh asal China yang kualifikasinya hanya buruh angkut, penggali tanah, tukang semen, atau tukang rumput,” risau Fadli.

Sebagai investor, tambah Fadli, China hanya berada di urutan kesembilan terbesar di Indonesia. Begitu juga sebagai kreditor, China hanya menempati urutan kelima, kalah oleh Singapura, Jepang, AS dan Belanda. "Tapi anehnya, jumlah tenaga kerja asing kita didominasi oleh China, hingga 23 persen. Dari sisi politik dagang, sudah jelas Cina lebih diuntungkan dari pada kita.” tuturnya.

Fadli kemudian mengingatkan, investasi asing secara konservatif mestinya bisa membuka lapangan kerja bagi tenaga kerja Indonesia. Apalagi, menurut data BPS, jumlah pengangguran terbuka di Indonesia semakin meningkat. 

Tapi, menurut dia, apa yang berkembang saat ini justru sebaliknya. “Saya pernah membaca jika ada sebuah pabrik yang 90 persen tenaga kerjanya berasal dari China. Itu kan kebijakan yang tidak benar,” tutup Fadli. 

Menanggapi kritikan Fadli, Menaker M Hanif Dhakiri membantah isu bila Indonesia kebanjiran tenaga kerja asal China. Menurut Hanif, berdasarkan data yang ada, jumlah pekerja asal China setara dengan jumlah pekerja asing dari negara lainnya yang bekerja di Indonesia.

"Bohong besar jika dikatakan akan ada 10 juta pekerja asing asal China yang masuk Indonesia. Kemungkinan, angka itu diolah dari target kunjungan wisatawan mancanegara," singkat politisi PKB itu. (aen/dil/jpnn)

JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai, isu bakal masuknya jutaan buruh asal Tiongkok sangat sensitif dan harus


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News