Fah Love Daddy

Oleh Dahlan Iskan

 Fah Love Daddy
Foto: disway.id

"Saya akan menuntaskannya," ujar Tanathorn.

Kata 'menuntaskannya' itulah yang jadi persoalan di medsos. Itu ditafsirkan sebagai akan menghilangkan raja. Menjadi demokrasi penuh.

Padahal di Thailand ada UU yang melindungi raja. Jangankan akan menghilangkannya, mengeluarkan kata tidak sopan terhadap raja saja harus masuk penjara.

Karena itu kelakuan sssttt...! Raja Thailand yang sekarang ini tidak pernah muncul di media. Termasuk media sosial. Padahal sssttt...!-nya bukan main.

Minggu depan juga akan ada perkembangan baru: putusan mahkamah konstitusi.

Pemilu tinggal dua minggu lebih. Banyak kemungkinan terjadi. Namun, Prayut kemungkinan tetap menang. Menjadi perdana menteri lagi.

Kali ini hasil pemilu. Dianggap sudah sesuai dengan azas demokrasi.

Apalagi partai oposisi utama juga tersandung masalah. Dianggap melanggar konstitusi: menyeret keluarga kerajaan ke dalam politik. Yakni saat partai itu mencalonkan kakak perempuan raja.

Anak-anak muda memberinya nama Sugar Daddy. Yang dalam sekejap menjadi cameo. Apalagi di kalangan emak-emak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News