Fenomena Hijrah dan Ancaman Bagi Kelompok Mapan

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Fenomena Hijrah dan Ancaman Bagi Kelompok Mapan
Ilustrasi. Jemaah menunaikan salat saat pandemi. Foto: Ricardo/JPNN.com

Berbagai macam jenis kajian keilmuan Islam bermunculan di berbagai tempat, mulai dari kampus, masjid, surau, samapai ke kafe-kafe. 

Anak-anak muda itu menunjukkan semangat hijrah dengan mencari referensi kepada perilaku Rasulullah dan sahabat-sahabat pada generasi terdekat. 

Kalangan yang kembali kepada tradisi Rasul dan generasi sahabat-sahabat terdekat ini secara umum disebut sebagai salafi, yang secara harfiah berarti ‘’masa lalu’’.

Gerakan ini meyakini bahwa generasi terbaik adalah generasi Rasulullah, kemudian generasi para sahabat pasca-Rasulullah, dan generasi pengikut atau ‘’tabi’in’’ pasca-sahabat. 

Tiga generasi ini secara umum disebut sebagai generasi ‘’salaf’’ atau ‘’generasi terdahulu’’ yang menjadi acuan para praktiisi salafi modern sekarang ini.

Gerakan salafi menjadi fenomena muslim perkotaan paling menonjol yang diasosiasikan dengan gerakan Islam yang--secara serampangan--diasosiasikan dengan intoleransi dan radikalisme. 

Inti dari gerakan salafi adalah kembali kepada ajaran original yang dipraktikkan oleh tiga generasi salaf itu. 

Karena itu, hal-hal yang tidak dicontohkan oleh ketiga generasi itu dianggap sebagai inovasi agama atau bid’ah yang tidak boleh dipraktikkan. 

Hijrah menjadi salah satu fenomena paling penting dalam sejarah perkembangan Islam. Berbagai gerakan hijrah marak di Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News