Fenomena Om Telolet Om yang Berawal dari Pantura

Fenomena Om Telolet Om yang Berawal dari Pantura
Fenomena Om Telolet Om yang Berawal dari Pantura. Kartun Radar Surabaya/JPNN.com

Bunyi klakson yang khas itulah menjadi penanda atau identitas sebuah armada busa saat bertugas di jalanan. Menjamurnya klakson telolet itu bukannya tanpa alasan.

Sebab, memasuki 2010-an harga klakson telolet mulai murah dan terjangkau. Bahkan, saat ini harga klaksos telolet hanya berada di kisaran Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta.

“Bagi dunia modif bus, harga klakson di kisaran angka tersebut sangatlah murah. Apalagi saat ini suara yang dihasilkan, juga sudah sangat beragam. Sehingga membuat bus bisa tampil beda dari yang lain,” terangnya.

Sonhaji menyebut, saat ini bus dengan klakson telolet sudah mencapai 55 persen dari total armada yang ada di seluruh Surabaya.

Membeludaknya pengguna telolet tak lepas dari fenomena yang terjadi belakangan ini. Dimana banyak anak-anak maupun anak muda yang mencari telolet di jalan.

Ia mengaku, fenomena tersebut sebenarnya bermula dari seringnya anak di daerah kawasan Jalan Pantura yang mendengar klakson telolet.

Sehingga membuat mereka tertarik. Akhirnya, mereka sering request telolet kepada sopir bus.

“Fenomena itu sudah 6 tahun lalu yang berawal di daerah pantai utara. Yang paling sering di daerah jalur Jawa Barat seperti Cirebon. Sedangkan di Jatim, daerah Tuban dan Lamongan banyak dijumpai peminta telolet,” katanya.

JPNN.com - Ketua DPC Organisasi Angkutan Darat (Organda) Surabaya, Sonhaji Wilaho mengatakan, awalnya klakson telolet adalah kreasi pengemudi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News