FIFA Kanjuruhan

FIFA Kanjuruhan
Presiden FIFA Gianni Infantino. Foto: REUTERS/Jaime Saldarriaga

Alih-alih mendapat perlakuan hukum yang memuaskan, keluarga korban dan para suporter disuguhi keputusan hukum yang sangat tidak memuaskan.

Dua orang yang dianggap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pertandingan hanya dihukum satu setengah tahun dan satu tahun. Dua polisi yang dianggap bersalah memerintahkan penggunaan gas air mata malah divonis bebas.

Belum lagi pemiliki Arema FC Iwan Budianto yang masih tetap tidak tersentuh hukum. Rangkaian keputusan ini menambah kisah tragis Tragedi Kanjuruhan.

Dua menteri kabinet Jokowi, Menteri BUMN Erick Thohir dan Menpora Zainuddin Amali, kemudian ditugaskan mengambil alih PSSI.

Erick sudah melihat turnamen Piala Dunia sebagai panggung politik yang bisa mendongkrak citranya sebagai bakal calon presiden. Akan tetapi, skenario itu bubar.

Sepak bola Indonesia rugi besar oleh pencoretan ini. Perhelatan Piala Dunia U-20 diperkirakan akan bisa menyedot 1,4 juta turis asing dan jutaan turis lokal.

Turnamen ini diperkirakan akan menghasilkan devisa triliunan rupiah dari kehadiran turis dan multiplier effect yang ditimbulkannya. Belum lagi masih ada efek faktor promosi gratis bagi pariwisata Indonesia.

Pemerintah Qatar dengan sangat cermat dan cerdik mendesain Piala Dunia sebagai sarana promosi yang luar biasa. Qatar bisa menjadi penyelenggara yang sukses sekaligus menunjukkan jati dirinya sebagai negara Islam.

Polemik soal kehadiran Israel di Piala Dunia U-2 membuat Jokowi menghadapi potensi kemarahan umat Islam dan risik politik berupa perpecahan dengan PDIP.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News