FIFA Kanjuruhan

FIFA Kanjuruhan
Presiden FIFA Gianni Infantino. Foto: REUTERS/Jaime Saldarriaga

Tragedi Kanjuruhan menjadi salah satu peristiwa terburuk dalam sejarah sepak bola dunia. Gianni Infantino datang langsung ke Indonesia beberapa waktu setelah peristiwa terjadi.

Akan tetapi, kehadiran Infantino malah memantik kecaman luas dari suporter sepak bola Indonesia. Alih-alih datang ke Malang untuk bertemu dengan keluarga korban, Infantino malah bermain fun football dengan pengurus PSSI, termasuk ketua PSSI saat itu, Mochamad Irawan.

Sebelumnya, Infantino melakukan rapat dengan jajaran pengurus PSSI, lalu menemui Presiden Jokowi. Alih-alih menjatuhkan sanksi, Infantino malah mendukung pemerintah Indonesia melakukan reformasi dan transformasi sepak bola Indonesia.

Sikap baik Infantino itu merupakan hasil dari lobi Erick Thohir yang langsung menemuinya di Qatar bersamaan dengan pelaksanaan World Cup tahun lalu. Erick yang pernah menjadi presiden klub Seri A Italia Inter Milan bisa meyakinkan Infantino supaya FIFA tidak menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia.

Sikap Infantino itu memicu kontroversi karena dianggap abai terhadap 135 nyawa suporter. Tragedi Kanjuruhan dibandingkan dengan Tragedi Heysel pada 1985 yang menyebabkan kematian 39 suporter.

FIFA menjatuhkan sanksi tegas. Klub-klub Inggris dan tim nasionalnya dilarang bermain di luar negeri maupun mengikuti semua event internasional selama 5 tahun.

Sebuah pukulan yang benar-benar membuat sepak bola Inggris KO. Bandingkan dengan Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 nyawa, tetapi dibiarkan berlalu tanpa sanksi sedikit pun dari FIFA.

Keluarga korban dan ratusan ribu suporter Arema menuntut agar tragedi ini diselesaikan secara tuntas, termasuk mengadili semua yang terlibat.

Polemik soal kehadiran Israel di Piala Dunia U-2 membuat Jokowi menghadapi potensi kemarahan umat Islam dan risik politik berupa perpecahan dengan PDIP.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News