Film Itu Ibarat Candu yang Memabukkan

Film Itu Ibarat Candu yang Memabukkan
Foto: Don Kardono/Indopos/JPNN

Memang ada fakta, bahwa film yang berkualitas belum tentu direspons positif oleh public. Sebaliknya, film picisan, jauh dari kata “bermutu” justru booming di pasar film. Laku di mana-mana, menghasilkan laba. Itu bisa disebut pilihan, juga bisa disebut sebagai fakta pasar. Bagi mereka yang sudah malang melintang di bisnis perfilman, feeling pasar sebuah karya film itu sudah bisa diraba, sejak sebelum promo. 

“Saya juga kadang merasa heran, film itu sebelum diputar di bioskop, tanda-tanda mau laku keras dan tidak itu sudah terasa sebelum hari perdana. Auranya sudah terasa. Ini film bakal booming, ini biasa-biasa saja, ini rugi,” aku Gope T Samtani, RAPI Films saat ditemui di Cannes.

Gope mencontohkan film Sang Kiai. Film drama yang diproduksi tahun 2013 dengan tema yang sangat berat, religius, berbudaya, berbasis sejarah, mengangkat kisah pejuang kemerdekaan RI, sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama dari Jombang, Jawa Timur. Yakni Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari. Film yang dibintangi oleh Ikranagara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati Dolken itu ditonton oleh lebih dari 250 ribu orang.

“Untuk kategori film nasional, itu sudah sangat bagus. Tetapi jika dibandingkan dengan ongkos produksi, dengan kualitas film sehebat itu, angka itu masih kurang jauh,” aku Gope yang sudah 45 tahun malang melintang di bisnis perfilman. Dia mengakui, ada film yang rugi, ada yang lama, tetapi selama ini secara keseluruhan tetap menjanjikan.

Gope sudah delapan kali mengikuti Festival de Cannes. Hasilnya? “Sekarang banyak film-film kita yang laku di pasar internasional. Ini sebuah perkembangan yang bagus, baik di dunia perfilman maupun iklim investasi di perfilman,” aku dia.

Tetapi, lanjut Gope, film action komedi “Comic 8”, yang mengocok perut itu justru ditonton oleh lebih dari 700.000 orang. Film yang berkisah delapan anak muda dari berbagai macam latar belakang kisah hidup, dan kebetulan sama-sama merampok bank itu, juga karya kreatif yang hebat. Imaginasi yang sederhana tapi kuat. Misalnya soal motif perampokan, ada yang karena galau, iseng, hobi, adrenaline, sport atau untuk menghidupi panti asuhan dan rakyat miskin seperti Robin Hood.

Film yang dibintangi comedian: Mongol Stres, Mudy Taylor, Ernest Prakasa, Kemal Palevi, Bintang Timur, Babe Cabiita, Fico Fachriza, Arie Kriting, Indro Warkop, Nirina Zubir, Nikita Mirzani, Pandji Pragiwaksono, Boy William, Candil , Coboy Junior, Jeremy Teti, Kiki Fatmala, Agus Kuncoro, Joe P Project, Cak Lontong, Henky Solaiman, Laila Sari, Agung Hercules, Ence Bagus, Ge Pamungkas sukses di pasaran.

Terlepas dari soal industri perfilman, Ketua BPI – Badan Perfilman Indonesia Alex Komang berkali-kali menyebut, dunia film itu seperti minum kopi. Kalau sudah masuk, susah keluar. Kalau sudah basah, susah keringnya. Kalau sudah cinta, tak mudah memutuskannya. Orang juga sering menyebut: candu film.

Sesuatu yang “memabukkan” pasti abadi! Makin dikekang, makin difatwa, makin dimaki, makin menjadi-jadi. Di balik selimut “bikin

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News