Film Itu Ibarat Candu yang Memabukkan

Film Itu Ibarat Candu yang Memabukkan
Foto: Don Kardono/Indopos/JPNN

jpnn.com - Sesuatu yang “memabukkan” pasti abadi! Makin dikekang, makin difatwa, makin dimaki, makin menjadi-jadi. Di balik selimut “bikin mabuk” itu, selalu tersimpan bisnis yang tak pernah mati. Perfilman masuk dalam kategori itu, mirip candu yang addict, memabukkan. Itu yang membuat film akan hidup selama-lamanya.

-------------------------------------------------

DON KARDONO, CANNES

-------------------------------------------------

 

Jangan tanya soal demand! Karena bukan itu lagi yang dibicarakan pengamat, pemerhati, produser, sutradara, artis dan insan perfilman di seluruh dunia. Yang terpenting adalah memilih dan menentukan segmentasi. Mau dijual ke mana? Area mana? Negara apa? Diputar pada tipikal masyarakat seperti apa? Trend kesukaan publik bergerak ke mana? Tema dan ide kreatif apa yang bisa mensuplay permintaan yang batasnya langit itu?

Ke mana harus berpromosi? Memilih festival di mana? Desain promonya seperti apa? Salah dalam menentukan setting itu, fatal akibatnya. Sebagai industri kreatif, film tetap harus tunduk pada mekanisme pasar.  Passwordnya sama: kreativitas! Ujungnya sama: diminati, disukai, dan laku di pasar. Muaranya sama: menghasilkan laba, dengan margin plus plus plus. Prinsipnya pun sama: matching cost and benefit.

Benar, film itu harus berangkat dengan nilai-nilai, kedalaman filosofi, berakar dari budaya dan tradisi, dan menciptakan peradaban. Benar pula, film harus mengedukasi anak-anak bangsa, agar bertumbuh tanpa harus kehilangan jatidiri. Bangga menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Sesuatu yang “memabukkan” pasti abadi! Makin dikekang, makin difatwa, makin dimaki, makin menjadi-jadi. Di balik selimut “bikin

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News