Flare dan Lempar Botol Paling Banyak Kena Sanksi Komdis

Flare dan Lempar Botol Paling Banyak Kena Sanksi Komdis
Bonek merayakan kemenangan Persebaya yang melawan tim Arema FC pada pertandingan Liga 1 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Minggu (6/5). FOTO: Angger Bondan/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Pelemparan botol ke lapangan dan flare menjadi pelanggaran yang paling sering berujung sanksi dan denda Komisi Disiplin (Komdis) PSSI musim ini. Dari klub lima besar terkena denda, yakni Persebaya Surabaya, Arema FC, Sriwijaya FC, PSMS Medan, dan Persib Bandung, total denda mencapai Rp 2,5 miliar.

Itu belum kalau ditambah dengan 13 klub Liga 1 lainnya serta insiden di Liga 2. Karena itu, klub juga menyadari bahwa antisipasi perlu dilakukan untuk mengurangi tingginya sanksi dan denda akibat oknum suporter mereka menyalakan flare atau melempar botol ke lapangan.

Sekretaris PSMS Julius Raja mengatakan bahwa mereka telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi insiden seperti itu. Mulai dari menambah jumlah keamanan, mendekati pentolan-pentolan suporter, hingga memberi diskon tiket, dan boleh dibayar setelah pertandingan agar penonton mau datang dan bersikap baik.

”Tapi, tetap saja seperti itu. Mereka-mereka ini meniru apa yang dilihatnya di wilayah lain. Melihat tidak ada hukuman, ya dilakukan juga akhirnya,’’ paparnya.

Padahal, sanksi dan denda dijatuhkan untuk klub. Tapi, suporter kadang tidak peduli, yang terpenting tidak ada efek jera untuk mereka. ’’Karena itu, kami harap ada ketegasan. Jangan klubnya saja yang didenda. Suporter yang bertindak buruk, nyalain flare, dihukum juga. Buat undang-undangnya,’’ jelasnya.

Apalagi, menurut dia, saat ini era sudah sangat modern. Operator liga, yakni PT Liga Indonesia Baru (LIB) pastinya punya tim-tim khusus yang memantau tindakan suporter. ’’Ada foto dan rekaman. Cari suporter itu, kami siap bantu. Adili dengan tegas, jangan klub saja yang didenda,’’ ucapnya.

Hal itu senada dengan Manajemen Arema FC. Media Officer Arema FC Sudarmaji menerangkan bahwa Komdis PSSI seharusnya juga memberi sosialisasi terkait denda dan sanksi kepada suporter. Harapannya, sosialisasi itu bisa memberikan kesadaran bahwa tindakan buruk suporter yang menanggung adalah klub.

Di luar itu, Arema FC sendiri juga melakukan pengetatan keamanan di setiap pertandingan. Salah satunya juga menambah jumlah Polisi Wanita (Polwan) di pintu masuk ketika pemeriksaan tiket dan barang. ’’Karena kadang, flare dan segala macamnya itu disimpan di dalam anggota tubuh,’’ jelasnya.

Jenis pelanggaran yang paling banyak terkena sanksi dari Komdis PSSI adalah flare dan pelemparan botol ke lapangan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News