G30S dan Skenario Awal Tanpa Darah Jenderal

G30S dan Skenario Awal Tanpa Darah Jenderal
Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Jakarta Timur. Monumen tersebut merupakan penanda tentang peristiwa G30S/PKI. Foto: Ricardo/JPNN.com

Menurut Crouch, gerakan itu bermaksud menahan tujuh jenderal yang disebut-sebut akan melakukan kudeta, kemudian melaporkannya kepada Presiden Soekarno.

"... dengan harapan bahwa Soekarno akan menyatakan terima kasihnya," demikian pendapat indonesianis dari Australia itu.

Crouch mendasarkan pendapatnya itu pada dokumen persidangan di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) yang dibentuk untuk mengadili para pentolan PKI dan tentara yang terlibat.

"Bukti-bukti di pengadilan Mahmilub mengesankan sebenarnya para anggota komplotan tidak merencanakan pembunuhan jenderal," tutur Crouch.

Salah satu yang menjadi rujukan Crouch ialah pengakuan Sjam Kamaruzaman di persidangan. Sjam merupakan kepala Biro Khusus PKI.

Di persidangan, Sjam mengatakan bahwa rencananya semula ialah menahan para jenderal yang diduga merencanakan kudeta terhadap Presiden Soekarno. Selanjutnya, para jenderal yang ditangkap akan diserahkan kepada Dewan Revolusi.

Adapun Letkol Untung Syamsuri selaku komandan Batalion I Tjakrabirawa menjadi penanggung jawab atas penculikan para jenderal. Untung pun akhirnya diadili setelah gerakannya berantakan.

"Dalam sidang perkaranya, ia menyangkal telah memerintahkan pembunuhan, tetapi mengakui telah menginstruksikan Letnan Dul Arief, perwira yang memimpin penyergapan ke rumah-rumah para jenderal, untuk meyakinkannya bahwa tidak seorang pun lolos," begitulah tulisan Crouch di buku berjudul asli 'Army and Politics in Indonesia' itu.

Penguasa Orde Baru menyematkan PKI di belakang singkatan G30S sebagai cap bahwa Partai Komunis Indonesia mendalangi gerakan berdarah itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News