G30S dan Skenario Awal Tanpa Darah Jenderal

G30S dan Skenario Awal Tanpa Darah Jenderal
Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Jakarta Timur. Monumen tersebut merupakan penanda tentang peristiwa G30S/PKI. Foto: Ricardo/JPNN.com

Laporan Supardjo berisi soal para perwira muda TNI telah mengadakan aksi terhadap Dewan Jenderal. Laporannya juga menyebut soal Jenderal Nasution lolos.

Ternyata Bung Karno memerintahkan Supardjo menghentikan gerakan itu. Proklamator RI itu tak mau ada pertumpahan darah.

"Kalau kau tak dapat, aku potong lehermu nanti," ujar Bung Karno kepada Supardjo.

Adapun Soeharto yang saat itu menjabat Panglima Kostrad meyakini Supardjo merupakan salah satu pemimpin G30S. Buku 'Soeharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya' memaparkan soal nota dari Bung Karno untuk Supardjo.

Pada 1 Oktober 1965, Kolonel Sarwo bermaksud menemui Soeharto yang menghadap Presiden Soekarno di Istana Bogor. Namun, Sarwo tidak bertemu dengan Soeharto.

Sarwo justru melihat nota dari Bung Karno untuk Supardjo. Selain itu, Sarwo juga melihat Bung Karno menjelaskan soal nota perintah itu.

Akhirnya Sarwo yang menunggangi panser mencegat Soeharto di Pertigaan Halim Perdanakusuma. Komandan RPKAD itu langsung melapor.

"Ini semua, kan, di bawah pimpinan Jenderal Supardjo," ujar Sarwo saat melapor kepada Soeharto dengan menirukan ucapan Bung Karno.

Penguasa Orde Baru menyematkan PKI di belakang singkatan G30S sebagai cap bahwa Partai Komunis Indonesia mendalangi gerakan berdarah itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News