G7 Anggap Rusia Lakukan Kejahatan Perang di Ukraina

G7 Anggap Rusia Lakukan Kejahatan Perang di Ukraina
Banyak bangunan bangunan hancur akibat gempuran saat konflik Ukraina-Rusia terus berlangsung di selatan kota pelabuhan Mariupol, Ukraina, Selasa (19/4/2022). Foto: ANTARA FOTO/REUTERS/Alexander Ermochenko/aww/cfo

jpnn.com, TOKYO - Para pemimpin dari negara-negara industri Kelompok Tujuh (G7) pada Selasa (11/10) memperingatkan Rusia bahwa setiap penggunaan senjata nuklir akan menghadapi "konsekuensi yang parah".

Pernyataan tersebut disampaikan para pemimpin G7 ketika menegaskan kembali tekad mereka untuk terus mendukung Ukraina dalam perjuangannya melawan agresi Rusia.

Para pemimpin G7 berkumpul setelah peristiwa gelombang serangan Rusia ke Ukraina sebagai pembalasan atas ledakan akhir pekan lalu yang merusak jembatan Kerch yang menghubungkan Rusia dengan Krimea. Rusia mengaitkan ledakan di jembatan itu dengan operasi pasukan Ukraina.

Moskow pun menanggapi serangan di jembatan dengan melepaskan salah satu serangan rudal terbesarnya ke Ukraina sejak invasi dimulai pada akhir Februari 2022.

"Kami mengutuk serangan (Rusia) ini dengan sekuat tenaga," kata para pemimpin Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat, ditambah Uni Eropa dalam pernyataan bersama.

Pernyataan bersama para pemimpin G7 itu juga menyoroti infrastruktur sipil dan kota-kota di seluruh Ukraina yang menjadi sasaran dalam serangan rudal oleh Rusia.

"Serangan membabi buta terhadap penduduk sipil tak berdosa merupakan kejahatan perang. Kami akan meminta pertanggungjawaban Presiden (Rusia) (Vladimir) Putin dan semua pihak yang bertanggung jawab," kata pemimpin G7 dalam pernyataannya.

Selain itu, ada kekhawatiran yang meningkat bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir taktis untuk serangan terbatas dalam perang melawan Ukraina.

Para pemimpin G7 siap meminta pertanggungjawaban Rusia atas tindakan militernya di Ukraina

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News