Gading Wulan

Oleh: Dahlan Iskan

Gading Wulan
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Maka muncullah tekad baja-kurima Wulan: ikut sekalian menjalani KetoFastosis. Cukup satu dapur. Tanpa gula dan tepung apa pun. Dia ingin menyembuhkan sang kakak secara total. Dia juga memberitahu kakak: sang kakak tidak menjalani KetoFastosis sendirian.

Kebetulan suami Wulan juga lagi perlu turun berat badan: 88 kg. Harus ikut sekalian KetoFastosis. Sang suami mau.

Kebetulan keluarga ini tidak perlu menyediakan makanan untuk anak. Semua anak di situ adalah anak asuh.

Mulailah program keras ini dilakukan: tiga orang menjalani KetoFastosis bersama-sama. Berat sama dipukul. Ringan, kebetulan tidak ada yang perlu dijinjing.

Hari-hari pertama, kata Wulan, bukan main beratnya. Badan lemas. Tetapi sang kakak harus sembuh.

Bahwa hari-hari pertama itu berat, mereka sudah tahu. Begitulah literaturnya. Masa berat itu harus bisa dilewati. Setelah itu semuanya akan bisa dijinjing.

Bahwa hari-hari pertama lemas, itu karena otak belum mencari sumber energi yang lain. Begitu hari ketiga tidak juga ada gula dan karbo otak mulai mencari sumber energi yang lain: lemak.

Begitu otak menemukan lemak, badan tidak lemas lagi. Energi dari lemak juga lebih hebat. "Satu gram karbo hanya menghasilkan 4 kc energi. Satu gram lemak menghasilkan 9 kc energi," ujar Wulan.

Dia seorang dokter. Spesialis patologi klinis. Namanyi: Wulan. Sudah menjelajah daerah yang paling dihindari seorang dokter baru: Papua.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News