Gaji Guru Tak Cukup, Sugeng Merangkap Jadi Tukang Becak
Mengajar Digaji Rp 224 Ribu, Genjot Becak Dapat Rp 900 Ribu
Minggu, 27 November 2011 – 13:30 WIB
Sayang, meski telah mengabdikan diri selama 24 tahun, embel-embel guru honorer hingga kini tidak juga lepas. Saat ini dia hanya menerima honor Rp 224 ribu per bulan. Pada zaman ini uang sejumlah itu tentu sangat jauh dari kata cukup.
Meski demikian, di tengah impitan ekonomi karena harus menghidupi keluarga, Sugeng mengambil keputusan yang cukup mengejutkan. Sejak 1993, dia memutuskan untuk menjadi pengayuh becak.
"Mau bagaimana lagi? Kerjaan ini yang paling bebas karena tidak ada tekanan atau tuntutan dari mana pun. Kapan saja saya punya waktu, saya bisa narik (becak)," ungkapnya.
Bagaimana cara membagi waktu? Jika mendapat jam mengajar siang, Sugeng mengayuh becak sore dan malam. Demikian sebaliknya. Dari usaha itu, dia bisa mengantongi penghasilan hingga Rp 30 ribu per hari atau sekitar Rp 900 ribu per bulan. Itu berarti sekitar tiga kali lipat penghasilannya sebagai guru. Meski kerap harus pulang hingga larut, dia tetap setia menjalani profesi tersebut.
Nasib guru honorer di mana pun sama. Gaji jauh dari cukup dan guru terpaksa ngobjek untuk menutup kebutuhan hidup. Itu pula yang dijalani Sugeng,
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor