Gaji Guru Tak Cukup, Sugeng Merangkap Jadi Tukang Becak

Mengajar Digaji Rp 224 Ribu, Genjot Becak Dapat Rp 900 Ribu

Gaji Guru Tak Cukup, Sugeng Merangkap Jadi Tukang Becak
Sugeng Supriadi, selain mengajar di SMP Nusantara, Bandarlampung, ia juga harus menjadi pembecak untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Foto: Alam Islam/Radar Lampung

Ya, Sugeng adalah guru kesenian sekolah itu. Profesi tersebut dia geluti sejak 1987. "Awalnya, saya tidak pernah terpikir untuk menjadi seorang guru. Nasib yang menuntun saya menjalani profesi itu," ujarnya kepada Radar Lampung (Jawa Pos Group) setelah mengajar.

Pria 44 tahun tersebut merupakan alumnus SMP Nusantara. Dia lulus dari sekolah itu pada 1983. Setelah lulus SMP, dia melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) 1 Pahoman. Pendidikan tersebut berhasil dia selesaikan pada 1986. Setahun kemudian, pria berkulit sawo matang tersebut melamar sebagai staf tata usaha (TU) di SMP Nusantara.

Dari situlah, karirnya sebagai guru dimulai. Karena sekolah kekurangan guru, Sugeng yang memiliki bakat seni lantas diberi amanah untuk mengajar seni-budaya. Sebagai bentuk keseriusannya menekuni dunia pendidikan, dia lantas berupaya melanjutkan pendidikan. Pilihan akhirnya jatuh ke pendidikan guru sekolah menengah tingkat pertama (PGSMTP) di Pahoman. Di lembaga pendidikan setara D-1 tersebut, dia berhasil lulus dengan nilai cukup memuaskan.

"Waktu itu kebetulan di SMP Nusantara tidak ada guru kesenian. Karena saya dipandang punya bakat, saya lalu ditawari menjadi guru. Tawaran itu kemudian saya terima," tuturnya sembari menatap barisan siswa yang berlatih upacara.

Nasib guru honorer di mana pun sama. Gaji jauh dari cukup dan guru terpaksa ngobjek untuk menutup kebutuhan hidup. Itu pula yang dijalani Sugeng,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News